Dialog ini terjadi hampir 2 tahun yang lalu di Forum myquran.org ,ketika ada seorang Netter Kristen Protestan yang menggunakan nickname Amosart2009,yang menurut Pengakuannya ia sudah belajar Theologi selama 4 tahun,tertarik mempelajari beberapa Agama termasuk Islam.
dalam diskusi tersebut Amosart2009 membuat topik “Mau belajar konsep isa almasih
menurut ayat suci al qur an”
karena diskusi tersebut agak panjang ,dan banyak netter Muslim yang menanggapi maka akan kami sampaikan hanya dialog antara Amosart – Id Amor (penulis) menjadi 2 bagian karena agak panjang,dan sebelumnya pernah saya arsipkan di blogdan saya coba share disini semoga bisa bermanfaat buat pembaca ,inilah dialognya
Amosart :
18 April 2009
rekan-rekan. saya berlatar belakang nasrani. namun saat ini sedang belajar agama-agama sebagai bentuk pencarian saya untuk mencari jawaban. saya mempelajari Islam dan Buddha. di dalam forum ini saya ingin belajar persepsi Islam terkait Isa Al Masih. Saya benar-benar hanya mau belajar dan berdialog dan tiada maksud sama sekali untuk berdebat atau tujuan lainnya. mohon yang memahami pertanyaan ini dapat membagikan apa yang saya ingin ketahui. Saya juga sedang membaca surah demi surah dalam Al quran untuk mengkonsepsikan pandangan Islam yang lengkap tentang Isa Alamasih.
maaf jika da kata-kata yang kurang pas.
Salam.
Tanggapan Id Amor,18 April 2009
pertama amor sampaikan dahulu Isa as didalam Al qur’an dengan menyampaikan beberapa ayat terlebih dahulu
وَلَقَدْ آتَيْنَا مُوسَى الْكِتَابَ وَقَفَّيْنَا مِن بَعْدِهِ بِالرُّسُلِ وَآتَيْنَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ الْبَيِّنَاتِ وَأَيَّدْنَاهُ بِرُوحِ الْقُدُسِ أَفَكُلَّمَا جَاءكُمْ رَسُولٌ بِمَا لاَ تَهْوَى أَنفُسُكُمُ اسْتَكْبَرْتُمْ فَفَرِيقاً كَذَّبْتُمْ وَفَرِيقاً تَقْتُلُونَ
audio[2:87] Dan sesungguhnya Kami telah mendatangkan Al Kitab (Taurat) kepada Musa, dan Kami telah menyusulinya (berturut-turut) sesudah itu dengan rasul-rasul, dan telah Kami berikan bukti-bukti kebenaran (mu’jizat) kepada Isa putera Maryam dan Kami memperkuatnya dengan Ruhul Qudus. Apakah setiap datang kepadamu seorang rasul membawa sesuatu (pelajaran) yang tidak sesuai dengan keinginanmu lalu kamu menyombong; maka beberapa orang (diantara mereka) kamu dustakan dan beberapa orang (yang lain) kamu bunuh?
تِلْكَ الرُّسُلُ فَضَّلْنَا بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ مِّنْهُم مَّن كَلَّمَ اللّهُ وَرَفَعَ بَعْضَهُمْ دَرَجَاتٍ وَآتَيْنَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ الْبَيِّنَاتِ وَأَيَّدْنَاهُ بِرُوحِ الْقُدُسِ وَلَوْ شَاء اللّهُ مَا اقْتَتَلَ الَّذِينَ مِن بَعْدِهِم مِّن بَعْدِ مَا جَاءتْهُمُ الْبَيِّنَاتُ وَلَـكِنِ اخْتَلَفُواْ فَمِنْهُم مَّنْ آمَنَ وَمِنْهُم مَّن كَفَرَ وَلَوْ شَاء اللّهُ مَا اقْتَتَلُواْ وَلَـكِنَّ اللّهَ يَفْعَلُ مَا يُرِيدُ
[2:253] Rasul-rasul itu Kami lebihkan sebagian (dari) mereka atas sebagian yang lain. Di antara mereka ada yang Allah berkata-kata (langsung dengan dia) dan sebagiannya Allah meninggikannya beberapa derajat. Dan Kami berikan kepada ‘Isa putera Maryam beberapa mu’jizat serta Kami perkuat dia dengan Ruhul Qudus. Dan kalau Allah menghendaki, niscaya tidaklah berbunuh-bunuhan orang-orang (yang datang) sesudah rasul-rasul itu, sesudah datang kepada mereka beberapa macam keterangan, akan tetapi mereka berselisih, maka ada diantara mereka yang beriman dan ada (pula) di antara mereka yang kafir. Seandainya Allah menghendaki, tidaklah mereka berbunuh-bunuhan. Akan tetapi Allah berbuat apa yang dikehendaki-Nya.
إِذْ قَالَتِ الْمَلآئِكَةُ يَا مَرْيَمُ إِنَّ اللّهَ يُبَشِّرُكِ بِكَلِمَةٍ مِّنْهُ اسْمُهُ الْمَسِيحُ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ وَجِيهاً فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَمِنَ الْمُقَرَّبِينَ
[3:45] (Ingatlah), ketika Malaikat berkata: “Hai Maryam, seungguhnya Allah menggembirakan kamu (dengan kelahiran seorang putera yang diciptakan) dengan kalimat(yang datang) daripada-Nya, namanya Al Masih ‘Isa putera Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah),
يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لاَ تَغْلُواْ فِي دِينِكُمْ وَلاَ تَقُولُواْ عَلَى اللّهِ إِلاَّ الْحَقِّ إِنَّمَا الْمَسِيحُ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ رَسُولُ اللّهِ وَكَلِمَتُهُ أَلْقَاهَا إِلَى مَرْيَمَ وَرُوحٌ مِّنْهُ فَآمِنُواْ بِاللّهِ وَرُسُلِهِ وَلاَ تَقُولُواْ ثَلاَثَةٌ انتَهُواْ خَيْراً لَّكُمْ إِنَّمَا اللّهُ إِلَـهٌ وَاحِدٌ سُبْحَانَهُ أَن يَكُونَ لَهُ وَلَدٌ لَّهُ مَا فِي السَّمَاوَات وَمَا فِي الأَرْضِ وَكَفَى بِاللّهِ وَكِيلاً
[4:171] Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya Al Masih, ‘Isa putera Maryam itu, adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya384 yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) roh dari-Nya385. Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan : “(Tuhan itu) tiga”, berhentilah (dari ucapan itu). (Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci Allah dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah menjadi Pemelihara.
وَقَفَّيْنَا عَلَى آثَارِهِم بِعَيسَى ابْنِ مَرْيَمَ مُصَدِّقاً لِّمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ التَّوْرَاةِ وَآتَيْنَاهُ الإِنجِيلَ فِيهِ هُدًى وَنُورٌ وَمُصَدِّقاً لِّمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ التَّوْرَاةِ وَهُدًى وَمَوْعِظَةً لِّلْمُتَّقِينَ
[5:46] Dan Kami iringkan jejak mereka (nabi nabi Bani Israil) dengan ‘Isa putera Maryam, membenarkan Kitab yang sebelumnya, yaitu: Taurat. Dan Kami telah memberikan kepadanya Kitab Injil sedang didalamnya (ada) petunjuk dan dan cahaya (yang menerangi), dan membenarkan kitab yang sebelumnya, yaitu Kitab Taurat. Dan menjadi petunjuk serta pengajaran untuk orang-orang yang bertakwa.
لُعِنَ الَّذِينَ كَفَرُواْ مِن بَنِي إِسْرَائِيلَ عَلَى لِسَانِ دَاوُودَ وَعِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ ذَلِكَ بِمَا عَصَوا وَّكَانُواْ يَعْتَدُونَ
[5:78] Telah dila’nati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan ‘Isa putera Maryam. Yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas.
إِذْ قَالَ الْحَوَارِيُّونَ يَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ هَلْ يَسْتَطِيعُ رَبُّكَ أَن يُنَزِّلَ عَلَيْنَا مَآئِدَةً مِّنَ السَّمَاءِ قَالَ اتَّقُواْ اللّهَ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ
[5:112] (Ingatlah), ketika pengikut-pengikut ‘Isa berkata: “Hai ‘Isa putera Maryam, sanggupkah Tuhanmu menurunkan hidangan dari langit kepada kami ?”. ‘Isa menjawab: “Bertakwalah kepada Allah jika kamu betul-betul orang yang beriman”.
قَالَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا أَنزِلْ عَلَيْنَا مَآئِدَةً مِّنَ السَّمَاءِ تَكُونُ لَنَا عِيداً لِّأَوَّلِنَا وَآخِرِنَا وَآيَةً مِّنكَ وَارْزُقْنَا وَأَنتَ خَيْرُ الرَّازِقِينَ
[5:114] Isa putera Maryam berdo’a: “Ya Tuhan kami turunkanlah kiranya kepada kami suatu hidangan dari langit (yang hari turunnya) akan menjadi hari raya bagi kami yaitu orang-orang yang bersama kami dan yang datang sesudah kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaan Engkau; beri rzekilah kami, dan Engkaulah pemberi rezki Yang Paling Utama”.
وَإِذْ قَالَ اللّهُ يَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ أَأَنتَ قُلتَ لِلنَّاسِ اتَّخِذُونِي وَأُمِّيَ إِلَـهَيْنِ مِن دُونِ اللّهِ قَالَ سُبْحَانَكَ مَا يَكُونُ لِي أَنْ أَقُولَ مَا لَيْسَ لِي بِحَقٍّ إِن كُنتُ قُلْتُهُ فَقَدْ عَلِمْتَهُ تَعْلَمُ مَا فِي نَفْسِي وَلاَ أَعْلَمُ مَا فِي نَفْسِكَ إِنَّكَ أَنتَ عَلاَّمُ الْغُيُوبِ
[5:116] Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman: “Hai ‘Isa putera Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia: “Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan selain Allah ?”. ‘Isa menjawab: “Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). Jika aku pernah mengatakan maka tentulah Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang ghaib-ghaib”.
ذَلِكَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ قَوْلَ الْحَقِّ الَّذِي فِيهِ يَمْتَرُونَ
[19:34] Itulah Isa putera Maryam, yang mengatakan perkataan yang benar, yang mereka berbantah-bantahan tentang kebenarannya.
وَجَعَلْنَا ابْنَ مَرْيَمَ وَأُمَّهُ آيَةً وَآوَيْنَاهُمَا إِلَى رَبْوَةٍ ذَاتِ قَرَارٍ وَمَعِينٍ
[23:50] Dan telah Kami jadikan (Isa) putera Maryam beserta ibunya suatu bukti yang nyata bagi (kekuasaan Kami), dan Kami melindungi mereka di suatu tanah tinggi yang datar yang banyak terdapat padang-padang rumput dan sumber-sumber air bersih yang mengalir
قَالَ إِنِّي عَبْدُ اللَّهِ آتَانِيَ الْكِتَابَ وَجَعَلَنِي نَبِيّاً
[19:30] Berkata Isa: “Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi,
1. Isa as adalah hamba Allah dan salah satu Rasul / utusan Allah
2. Isa as diberi beberapa mukjizat
3. kelahirannya kabar gembira untuk maryam / ibunya, dan salah satu tanda kekuasaaan Allah
3. diperkuat dengan ruhul kudus
4. pengikutnya dilarang keras bersikap melampaui batas dalam memposikannya,salah satu sikap melampaui batas adalah menganggap ia salah satu ‘tiga pribadi’ TUhan
5. melaknati orang kafir dari bani Israel
6. diberikan wahyu kepadanya yang kemudian dinamai Injil
itu dahulu jawaban pembuka dari amor,semoga mudah dipahami dan bermanfaat..
wassalam
id amor
Tanggapan Amosart 2009,19 April 2009
sangat bermanfaat terutama kesimpulan yang sudah diberikan. terima kasih rekan amor.
saya dari latar protestan.
ada banyak yang saya mau gali, baik yang saya baca sendiri melalui al quran ataupun yang saya mau tanyakan langsung kepada forum ini. kesimpulan rekan amor sangat baik dan saya berharap dapat memahami satu persatu penjelasan dari kesimpulan tersebut.
o ya sekedar info saja. saya tidak hendak membuat perbandingan ajaran Islam dan Kristen mengenai konsep Isa Almasih di sini. Melainkan murni menggali ajaran Isa Almasih dari Al Quran. Sehingga semoga tidak ada perdebatan dalam thread ini yang memang saya hindari.
terima kasih.
Id Amor menjawab,20 April 2009
apa yang saya sampaikan pemahaman saya terhadap ayat-ayat yang saya kutip diatas, tetapi kalau seandainya ada yang mau menyanggah atau menggali lebih dalam lagi..
dipersilahkan…
semoga kita semua bisa belajar bersama…
wassalam
id amor
Amosart 2009 menulis ,24 April 2009
saya sudah membaca surah ke 8 …. nampaknya bakal lama. sambil jalan saya akan mulai sebuah pertanyaan ….
1) apa kait terkait antara Isa Almasih tentang hari kiamat?
2) kedua bisakah sodara menjelaskan konsep kun faya kun dalam ilmu kalam, sebab konsep ini erat kaitannya dengan keberadaan Isa,
3) Isa dalam Islam apakah dia mati atau diangkat ke sorga ketika para penganiaya nya mengejar dirinya dan memalsukan dengan orang lain yang mirip dirinya?
terima kasih.
Id Amor menjawab,26 April 2009
pertanyaan no 1.
1) apa kait terkait antara Isa Almasih tentang hari kiamat?
kalau tidak salah sdr Amosart ingin mengaitkan dengan Qs 43 :61.
وَإِنَّهُ لَعِلْمٌ لِّلسَّاعَةِ فَلَا تَمْتَرُنَّ بِهَا وَاتَّبِعُونِ هَذَا صِرَاطٌ مُّسْتَقِيمٌ
[43:61] Dan sesungguhnya Isa itu benar-benar memberikan pengetahuan tentang hari kiamat. Karena itu janganlah kamu ragu-ragu tentang kiamat itu dan ikutilah Aku. Inilah jalan yang lurus.
salah satu ayat favorit bagi misionaris, sehingga sering dikutip , yang perlu kita ingat perlu memperhatikan ayat sebelum dan sesudahnya
وَلَمَّا ضُرِبَ ابْنُ مَرْيَمَ مَثَلاً إِذَا قَوْمُكَ مِنْهُ يَصِدُّونَ
[43:57] Dan tatkala putra Maryam (Isa) dijadikan perumpamnaan tiba-tiba kaummu (Quraisy) bersorak karenanya.
وَقَالُوا أَآلِهَتُنَا خَيْرٌ أَمْ هُوَ مَا ضَرَبُوهُ لَكَ إِلَّا جَدَلاً بَلْ هُمْ قَوْمٌ خَصِمُونَ
[43:58] Dan mereka berkata: “Manakah yang lebih baik tuhan-tuhan kami atau dia (Isa)?” Mereka tidak memberikan perumpamaan itu kepadamu melainkan dengan maksud membantah saja, sebenarnya mereka adalah kaum yang suka bertengkar
إِنْ هُوَ إِلَّا عَبْدٌ أَنْعَمْنَا عَلَيْهِ وَجَعَلْنَاهُ مَثَلاً لِّبَنِي إِسْرَائِيلَ
[43:59] Isa tidak lain hanyalah seorang hamba yang Kami berikan kepadanya ni’mat (kenabian) dan Kami jadikan dia sebagai tanda bukti (kekuasaan Allah) untuk Bani lsrail
وَلَوْ نَشَاء لَجَعَلْنَا مِنكُم مَّلَائِكَةً فِي الْأَرْضِ يَخْلُفُونَ
[43:60] Dan kalau Kami kehendaki benar-benar Kami jadikan sebagai gantimu di muka bumi malaikat-malaikat yang turun temurun.
وَإِنَّهُ لَعِلْمٌ لِّلسَّاعَةِ فَلَا تَمْتَرُنَّ بِهَا وَاتَّبِعُونِ هَذَا صِرَاطٌ مُّسْتَقِيمٌ
[43:61] Dan sesungguhnya Isa itu benar-benar memberikan pengetahuan tentang hari kiamat. Karena itu janganlah kamu ragu-ragu tentang kiamat itu dan ikutilah Aku. Inilah jalan yang lurus.
وَلَا يَصُدَّنَّكُمُ الشَّيْطَانُ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ
[43:62] Dan janganlah kamu sekali-kali dipalingkan oleh syaitan; sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.
وَلَمَّا جَاء عِيسَى بِالْبَيِّنَاتِ قَالَ قَدْ جِئْتُكُم بِالْحِكْمَةِ وَلِأُبَيِّنَ لَكُم بَعْضَ الَّذِي تَخْتَلِفُونَ فِيهِ فَاتَّقُوا اللَّهَ وَأَطِيعُونِ
[43:63] Dan tatkala Isa datang membawa keterangan dia berkata: “Sesungguhnya aku datang kepadamu dengan membawa hikmat1365 dan untuk menjelaskan kepadamu sebagian dari apa yang kamu berselisih tentangnya, maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah (kepada) ku”.
إِنَّ اللَّهَ هُوَ رَبِّي وَرَبُّكُمْ فَاعْبُدُوهُ هَذَا صِرَاطٌ مُّسْتَقِيمٌ
[43:64 Sesungguhnya Allah Dialah Tuhanku dan Tuhan kamu maka sembahlah Dia, ini adalah jalan yang lurus.
yang sering disalahgunakan adalah terjemahan
1 .memberitahukan pengetahuan tentang hari Kiamat
2 .dan ikutilah Aku. Inilah jalan yang lurus.
bahkan ayat ini sering dikaitkan dengan salah satu ayat al-fatihah
اهدِنَــــا الصِّرَاطَ المُستَقِيمَ
Tunjukilah kami jalan yang lurus,
tetapi kutipan-kutipan misionaris bersifat cari pembenaran bukan kebenaran, kalau memperhatikan ayat sebelum dan sesudahnya
soal memberitahukan hari kiamat ,adalah mengajarkan kepada pada pengikutnya tentang hari pembalasan / yaumil akhir . tentang kapan terjadinya hanya Allah yang tahu
يَسْأَلُونَكَ عَنِ السَّاعَةِ أَيَّانَ مُرْسَاهَا قُلْ إِنَّمَا عِلْمُهَا عِندَ رَبِّي لاَ يُجَلِّيهَا لِوَقْتِهَا إِلاَّ هُوَ ثَقُلَتْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ لاَ تَأْتِيكُمْ إِلاَّ بَغْتَةً يَسْأَلُونَكَ كَأَنَّكَ حَفِيٌّ عَنْهَا قُلْ إِنَّمَا عِلْمُهَا عِندَ اللّهِ وَلَـكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لاَ يَعْلَمُونَ
[7:187] Mereka menanyakan kepadamu tentang kiamat: “Bilakah terjadinya?” Katakanlah: “Sesungguhnya pengetahuan tentang kiamat itu adalah pada sisi Tuhanku; tidak seorangpun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia. Kiamat itu amat berat (huru haranya bagi makhluk) yang di langit dan di bumi. Kiamat itu tidak akan datang kepadamu melainkan dengan tiba-tiba”. Mereka bertanya kepadamu seakan-akan kamu benar-benar mengetahuinya. Katakanlah: “Sesungguhnya pengetahuan tentang bari kiamat itu adalah di sisi Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”.
penegasan semacam ini tidak hanya didalam al-qur’an tetapi di alkitab yang diyakini oleh para misionaris juga menekankan hal yang sama
24:36 Tetapi tentang hari dan saat itu tidak seorangpun yang tahu, malaikat-malaikat di sorga tidak, dan Anakpun tidak, hanya Bapa sendiri.”
pertanyaan no 2
2) kedua bisakah sodara menjelaskan konsep kun faya kun dalam ilmu kalam, sebab konsep ini erat kaitannya dengan keberadaan Isa,
mungkin berkaitan ayat ini
قَالَتْ رَبِّ أَنَّى يَكُونُ لِي وَلَدٌ وَلَمْ يَمْسَسْنِي بَشَرٌ قَالَ كَذَلِكِ اللّهُ يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ إِذَا قَضَى أَمْراً فَإِنَّمَا يَقُولُ لَهُ كُن فَيَكُونُ
[3:47] Maryam berkata: “Ya Tuhanku, betapa mungkin aku mempunyai anak, padahal aku belum pernah disentuh oleh seorang laki-lakipun.” Allah berfirman (dengan perantaraan Jibril): “Demikianlah Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Apabila Allah berkehendak menetapkan sesuatu, maka Allah hanya cukup berkata kepadanya: “Jadilah”, lalu jadilah dia.
untuk mengenai kun fayakun tidak hanya dikhususkan kepada Isa as saja tetapi Kalau Allah menginginkan sesuatu bisa , bisa kita lihat ayat-ayat ini
بَدِيعُ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ وَإِذَا قَضَى أَمْراً فَإِنَّمَا يَقُولُ لَهُ كُن فَيَكُونُ
[2:117] Allah Pencipta langit dan bumi, dan bila Dia berkehendak (untuk menciptakan) sesuatu, maka (cukuplah) Dia hanya mengatakan kepadanya: “Jadilah!” Lalu jadilah ia.
وَهُوَ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضَ بِالْحَقِّ وَيَوْمَ يَقُولُ كُن فَيَكُونُ قَوْلُهُ الْحَقُّ وَلَهُ الْمُلْكُ يَوْمَ يُنفَخُ فِي الصُّوَرِ عَالِمُ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ وَهُوَ الْحَكِيمُ الْخَبِيرُ
[6:73] Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dengan benar. Dan benarlah perkataan-Nya di waktu Dia mengatakan: “Jadilah, lalu terjadilah”, dan di tangan-Nyalah segala kekuasaan di waktu sangkakala ditiup. Dia mengetahui yang ghaib dan yang nampak. Dan Dialah Yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui.
dan Penciptaan Isa tidak jauh berbeda dengan penciptaan Adam
إِنَّ مَثَلَ عِيسَى عِندَ اللّهِ كَمَثَلِ آدَمَ خَلَقَهُ مِن تُرَابٍ ثِمَّ قَالَ لَهُ كُن فَيَكُونُ
[3:59] Sesungguhnya misal (penciptaan) ‘Isa di sisi AllAh, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: “Jadilah” (seorang manusia), maka jadilah dia.
Pertanyaan no 3
3) Isa dalam Islam apakah dia mati atau diangkat ke sorga ketika para penganiaya nya mengejar dirinya dan memalsukan dengan orang lain yang mirip dirinya?
pertanyaan sdr Mosart2009 ini sepertinya sangat berkaitan erat dengan Qs 4:157
وَقَوْلِهِمْ إِنَّا قَتَلْنَا الْمَسِيحَ عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ رَسُولَ اللّهِ وَمَا قَتَلُوهُ وَمَا صَلَبُوهُ وَلَـكِن شُبِّهَ لَهُمْ وَإِنَّ الَّذِينَ اخْتَلَفُواْ فِيهِ لَفِي شَكٍّ مِّنْهُ مَا لَهُم بِهِ مِنْ عِلْمٍ إِلاَّ اتِّبَاعَ الظَّنِّ وَمَا قَتَلُوهُ يَقِيناً
waqawlihim innaa qatalnaa almasiiha ‘iisaa ibna maryama rasuula allaahi wamaa qataluuhu wamaa shalabuuhu walaakin syubbiha lahum wa-inna alladziina ikhtalafuu fiihi lafii syakkin minhu maa lahum bihi min ‘ilmin illaa ittibaa’a alzhzhanni wamaa qataluuhu yaqiinaan
[4:157] dan karena ucapan mereka : “Sesungguhnya kami telah membunuh Al Masih, ‘Isa putra Maryam, Rasul Allah378″, padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan ‘Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) ‘Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah ‘Isa.
1. Yahudi gagal membunuh Isa as
2. Yahudi gagal menyalibnya (ada yang memahami secara harfiah,ada pula yang memahami salib secara maknawiyah
3. tentang siapa sesungguhnya yang dibunuh,hanya berdasarkan prasangka belaka
kemudian menjawab subtansi pertanyaan amosart2009 yang secara spesifik waktunya (lihat pertanyaan amosart yang amor bold) ,maka jawaban amor
saat itu Isa as tidak mati , tetapi diselamatkan oleh Allah
Tanggapan Amosart2009,26 April 2009
rekan-rekan semua. sebelumnya kembali saya menegaskan. saya tidak hendak melakukan perbandingan agama, karena jelas akan berbeda dalam penafsiran. saya hanya mau bertanya dan menggali tentang Isa Almasih menurut Al perspektif Al Quran saja dan hanya mendiskusikannya menurut teologi atau ilmu kalam Islam saja.
Saya melihat, mendengar di kalangan umat Islam sendiri ada pemahaman yang kabur atau sepotong-sepotong tentang siapa sebenarnya Isa Al masih menurut Al Quran, sehingga lewat forum ini dapat diperoleh pemahaman yang menyeluruh tentang Isa Almasih menurut Al Quran.
Selama saya membaca kurang lebih hingga Surah ke delapan, ada banyak sekali disebutkan tentang orang-orang yang mempermainkan ayat-ayat, memperjualbelikan ayat-ayat dengan murah, memutarbalikkan kebenaran kitab, semoga dalam telaah ini kita tidak menjadi bagian orang-orang yang menurut kitab suci Al Quran adalah penerima azhab yang memedihkan tersebut. Jadi saya yakin bahwa rekan-rekan forum lebih memahami makna itu sehingga kita mau melakukan telaah yang jujur dan hanya tunduk kepada otoritas hukum Islam sendiri yakni kalimat-kalimat Allah yang tertulis dalam Al Quran.
Satu ayat lain yang terbaca dalam pembacaan saya adalah orang yang berlaku khianat. Saya sangat gentar mendengar ayat tersebut. Sehingga saya harus benar-benar membersihkan hati saya di hadapan Allah untuk benar-benar melakukan diskusi dengan hati yang lurus yakni hanya menggali kebenaran tentang Isa Almasih dalam konteks Islam tanpa ada maksud yang tersembunyi, sebab sekali lagi ayat yang seperti ini bertebaran dalam kitab suci Al Quran …bahwa Allah tahu apa yang ada di hati manusia, sehingga tiada yang tersembunyi baginya, meskipun kita mencoba untuk menyembunyikannya, dan seolah-olah melakukan kebaikan, dan akan memberikan pembalasan yang setimpal di hari pembalasan.
Saya harap ini akan menjadi sebuah semangat diskusi kita dalam thread ini untuk mengetahui kebenaran yang menyeluruh tentang Isa Almasih menurut kitab Suci Al Quran.
Tanggapan balik Id amor,26 April 2009
terima kasih atas penjelasannya ini, dan sebelumnya amor mohon maaf kalau penjelasan sebelumnya sedikit menyinggung soal perilaku ‘misionaris’ yang suka menggunakan ayat al-qur’an sebagai pembenar mereka.
dan soal ingin mendapatkan pemahaman menyeluruh
ada yang harus senantiasa kita ingat bahwa kebenaran sejati hanya milik Allah swt.
dengan kata yang tahu pasti 100 % hanya Allah, dan sebagai manusia kita harus tahu diri dan senantiasa untuk selalu mendekatkan diri..kepada Allah swt
maka karena itulah para Ulama besar yang begitu luas ilmunya, begitu tinggi keimanannya, dan begitu mendalam analisanya memberikan contoh sikap kerendahan hati , dalam menjelaskan tentang ayat-ayat Al qur’an mereka menyebut dengan tafsir.
karena perasaan merasa tahu makna ayat yang sesungguhnya bisa memunculkan penyakit yang sangat berbahaya,yaitu kesombongan.
suka meninggikan diri (kelompok) sendiri dan merendahkan orang (kelompok ) lain
Amosart2009
terima kasih untuk semua penjelasan rekan-rekan di atas. semoga thread ini akan terus berlanjut.
saya harap dalam postingan selanjutanya saya akan mulai menuliskan hasil penggalian saya.
sama-sama bro, atas keseriusannya dalam diskusi ini…
dan saya yakin rekan-rekan MQ juga menunggu hasil dari ‘penggalian anda’ semoga bisa menjadi bahan diskusi diantara kita
mungkin ini dahulu saja respon amor
wassalam
id amor
Amosart2009 melanjutkan :
1 Isa as adalah hamba Allah dan salah satu Rasul / utusan Allah
2. Isa as diberi beberapa mukjizat
3. kelahirannya kabar gembira untuk maryam / ibunya, dan salah satu tanda kekuasaaan Allah
4. diperkuat dengan ruhul kudus
5. pengikutnya dilarang keras bersikap melampaui batas dalam memposikannya,salah satu sikap melampaui batas adalah menganggap ia salah satu ‘tiga pribadi’ TUhan
6. melaknati orang kafir dari bani Israel
7. diberikan wahyu kepadanya yang kemudian dinamai Injil
saya juga sudah menambahkan beberapa isu:
8. Isa dalam kaitan sebagai saksi di hari kiamat
9. keberadaan Isa terkait kalimat kun fayakun (hanya tiga kejadian di mana Allah menggunakan kalimat ini yakni penciptaan dunia, datang Al Quran, dan proses pembenihan Isa Almasih).
10 Pertanyaan saya Isa wafat atau diangkat ke sorga? Mana yang sesuai di dalam Al Quran.
saya berharap bisa memuli pembahasan dari beberapa ringkasan ini agar saya dapat mulai mempelajari yang saya harapan dapat peoleh dalam forum ini. Jangan kita jawab semua. ditail satu persatu mungkin lebih baik bagi saya untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas. bolehlah kita mulai dari nomor
1. Isa as adalah hamba Allah dan salah satu Rasul / utusan Allah
apa pengertian rasul dalam konteks Isa? dan apa fungsi seorang rasul menurut kitab suci Al Quran? Apakah nabi dengan rasul sama?
Tanggapan Id amor
sorry bro, amor langsung akan komentari dulu point tambahan dari anda
8. Isa dalam kaitan sebagai saksi di hari kiamat
untuk masalah ini tidak hanya khusus Isa as saja yang akan menjadi saksi dihari Kiamat,tetapi para Rasul-Rasul Allah juga akan menjadi saksi juga dihari Kiamat
bisa kita baca di QS Al mu’min 51
إِنَّا لَنَنصُرُ رُسُلَنَا وَالَّذِينَ آمَنُوا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَيَوْمَ يَقُومُ الْأَشْهَادُ
innaa lananshuru rusulanaa waalladziina aamanuu fii alhayaati alddunyaa wayawma yaquumu al-asyhaadu
[40:51] Sesungguhnya Kami menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari berdirinya saksi-saksi (hari kiamat),
وَكَذَلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطاً لِّتَكُونُواْ شُهَدَاء عَلَى النَّاسِ وَيَكُونَ الرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيداً وَمَا جَعَلْنَا الْقِبْلَةَ الَّتِي كُنتَ عَلَيْهَا إِلاَّ لِنَعْلَمَ مَن يَتَّبِعُ الرَّسُولَ مِمَّن يَنقَلِبُ عَلَى عَقِبَيْهِ وَإِن كَانَتْ لَكَبِيرَةً إِلاَّ عَلَى الَّذِينَ هَدَى اللّهُ وَمَا كَانَ اللّهُ لِيُضِيعَ إِيمَانَكُمْ إِنَّ اللّهَ بِالنَّاسِ لَرَؤُوفٌ رَّحِيمٌ
wakadzaalika ja’alnaakum ummatan wasathan litakuunuu syuhadaa-a ‘alaa alnnaasi wayakuuna alrrasuulu ‘alaykum syahiidan wamaa ja’alnaa alqiblata allatii kunta ‘alayhaa illaa lina’lama man yattabi’u alrrasuula mimman yanqalibu ‘alaa ‘aqibayhi wa-in kaanat lakabiiratan illaa ‘alaa alladziina hadaa allaahu wamaa kaana allaahu liyudhii’a iimaanakum inna allaaha bialnnaasi larauufun rahiimun
[2:143] Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Dan Kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu (sekarang) melainkan agar Kami mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot. Dan sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa amat berat, kecuali bagi orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah; dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia.
فَكَيْفَ إِذَا جِئْنَا مِن كُلِّ أمَّةٍ بِشَهِيدٍ وَجِئْنَا بِكَ عَلَى هَـؤُلاء شَهِيداً
fakayfa idzaa ji/naa min kulli ummatin bisyahiidin waji/naa bika ‘alaa haaulaa-i syahiidaan
audio[4:41] Maka bagaimanakah (halnya orang kafir nanti), apabila Kami mendatangkan seseorang saksi (rasul) dari tiap-tiap umat dan Kami mendatangkan kamu (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu (sebagai umatmu299).
9. keberadaan Isa terkait kalimat kun fayakun (hanya tiga kejadian di mana Allah menggunakan kalimat ini yakni penciptaan dunia, datang Al Quran, dan proses pembenihan Isa Almasih).
point ini sama dengan pertanyaan no 2 sebelumnya
dan yang perlu diingat kembali ayat ini bahwa Allah menggunakan kalimat ini yakni penciptaan dunia, tidak hanya kepada 3 kejadian saja, tetapi apapun kalau menginginkan
[7:175] Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah Kami berikan kepadanya ayat-ayat Kami (pengetahuan tentang isi Al Kitab), kemudian dia melepaskan diri dari pada ayat-ayat itu, lalu dia diikuti oleh syaitan (sampai dia tergoda), maka jadilah dia termasuk orang-orang yang sesat.
مَا كَانَ لِلَّهِ أَن يَتَّخِذَ مِن وَلَدٍ سُبْحَانَهُ إِذَا قَضَى أَمْراً فَإِنَّمَا يَقُولُ لَهُ كُن فَيَكُونُ
maa kaana lillaahi an yattakhidza min waladin subhaanahu idzaa qadaa amran fa-innamaa yaquulu lahu kun fayakuunu
[19:35] Tidak layak bagi Allah mempunyai anak, Maha Suci Dia. Apabila Dia telah menetapkan sesuatu, maka Dia hanya berkata kepadanya: “Jadilah”, maka jadilah ia.
إِنَّمَا أَمْرُهُ إِذَا أَرَادَ شَيْئاً أَنْ يَقُولَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ
innamaa amruhu idzaa araada syay-an an yaquula lahu kun fayakuunu
audio[36:82] Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: “Jadilah!” maka terjadilah ia.
هُوَ الَّذِي يُحْيِي وَيُمِيتُ فَإِذَا قَضَى أَمْراً فَإِنَّمَا يَقُولُ لَهُ كُن فَيَكُونُ
huwa alladzii yuhyii wayumiitu fa-idzaa qadaa amran fa-innamaa yaquulu lahu kun fayakuunu
[40:68] Dia-lah yang menghidupkan dan mematikan, maka apabila Dia menetapkan sesuatu urusan, Dia hanya bekata kepadanya: “Jadilah”, maka jadilah ia.
dan Penciptaan Isa tidak jauh berbeda dengan penciptaan Adam
إِنَّ مَثَلَ عِيسَى عِندَ اللّهِ كَمَثَلِ آدَمَ خَلَقَهُ مِن تُرَابٍ ثِمَّ قَالَ لَهُ كُن فَيَكُونُ
[3:59] Sesungguhnya misal (penciptaan) ‘Isa di sisi AllAh, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: “Jadilah” (seorang manusia), maka jadilah dia.
jadi dengan ayat-ayat diatas tidak bisa kalau dianggap hanya untuk 3 kejadian
10 Pertanyaan saya Isa wafat atau diangkat ke sorga? Mana yang sesuai di dalam Al Quran.
untuk no 10 ini hampir mirip dengan pertanyaan no 3 tetapi kalau pertanyaan no 3 lebih spesifik waktunya sedangkan point 10 ini tidak spesifik
yang jelas Isa as Wafat
dalil pertama
مَا قُلْتُ لَهُمْ إِلاَّ مَا أَمَرْتَنِي بِهِ أَنِ اعْبُدُواْ اللّهَ رَبِّي وَرَبَّكُمْ وَكُنتُ عَلَيْهِمْ شَهِيداً مَّا دُمْتُ فِيهِمْ فَلَمَّا تَوَفَّيْتَنِي كُنتَ أَنتَ الرَّقِيبَ عَلَيْهِمْ وَأَنتَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ
maa qultu lahum illaa maa amartanii bihi ani u’buduu allaaha rabbii warabbakum wakuntu ‘alayhim syahiidan maa dumtu fiihim falammaa tawaffaytanii kunta anta alrraqiiba ‘alayhim wa-anta ‘alaa kulli syay-in syahiidun
[5:117] Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku (mengatakan)nya yaitu: “Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu”, dan adalah aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku berada di antara mereka. Maka setelah Engkau wafatkan aku, Engkau-lah yang mengawasi mereka. Dan Engkau adalah Maha Menyaksikan atas segala sesuatu.
dalil kedua
إِذْ قَالَ اللّهُ يَا عِيسَى إِنِّي مُتَوَفِّيكَ وَرَافِعُكَ إِلَيَّ وَمُطَهِّرُكَ مِنَ الَّذِينَ كَفَرُواْ وَجَاعِلُ الَّذِينَ اتَّبَعُوكَ فَوْقَ الَّذِينَ كَفَرُواْ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ ثُمَّ إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأَحْكُمُ بَيْنَكُمْ فِيمَا كُنتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُونَ
idz qaala allaahu yaa ‘iisaa innii mutawaffiika waraafi’uka ilayya wamuthahhiruka mina alladziina kafaruu wajaa’ilu alladziina ittaba’uuka fawqa alladziina kafaruu ilaa yawmi alqiyaamati tsumma ilayya marji’ukum fa-ahkumu baynakum fiimaa kuntum fiihi takhtalifuuna
[3:55] (Ingatlah), ketika Allah berfirman: “Hai Isa, sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku serta membersihkan kamu dari orang-orang yang kafir, dan menjadikan orang-orang yang mengikuti kamu di atas orang-orang yang kafir hingga hari kiamat. Kemudian hanya kepada Akulah kembalimu, lalu Aku memutuskan diantaramu tentang hal-hal yang selalu kamu berselisih padanya”.
dalil ketiga
وَمَا جَعَلْنَا لِبَشَرٍ مِّن قَبْلِكَ الْخُلْدَ أَفَإِن مِّتَّ فَهُمُ الْخَالِدُونَ
wamaa ja’alnaa libasyarin min qablika alkhulda afa-in mitta fahumu alkhaaliduuna
[21:34] Kami tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang manusiapun sebelum kamu (Muhammad); maka jikalau kamu mati, apakah mereka akan kekal?
Amosart 2009 menulis
bisakah anda menjelaskan:
157. dan karena ucapan mereka: Sesungguhnya kami telah membunuh Al-Masih, Isa putera Maryam, Rasul Allah, padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa. (QS. 4:157) Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS. 4:158)bisakah rekan id amor menjelaskan makna kata Allah telah mengangkat Isa kepadaNya? Apakah seperti diangkat dari kerumunan pembunuh ke atas (sorga) atau ada pengertian lain? (mohon diikuti dalil jika ada telaah teks bahasa arab akan sangat membantu –> bal rafa’ahu allaahu ilayhi wakaana allaahu ‘aziizan hakiimaan).
Id Amor menjawab :
subtansi pertanyaan anda adalah soal رَّفَعَهُ (rafa’ahu)
kata rafa’a muncul beberapa kali didalam al-qur’an,selain di Qs An nisa 158
تِلْكَ الرُّسُلُ فَضَّلْنَا بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ مِّنْهُم مَّن كَلَّمَ اللّهُ وَرَفَعَ بَعْضَهُمْ دَرَجَاتٍ وَآتَيْنَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ الْبَيِّنَاتِ وَأَيَّدْنَاهُ بِرُوحِ الْقُدُسِ وَلَوْ شَاء اللّهُ مَا اقْتَتَلَ الَّذِينَ مِن بَعْدِهِم مِّن بَعْدِ مَا جَاءتْهُمُ الْبَيِّنَاتُ وَلَـكِنِ اخْتَلَفُواْ فَمِنْهُم مَّنْ آمَنَ وَمِنْهُم مَّن كَفَرَ وَلَوْ شَاء اللّهُ مَا اقْتَتَلُواْ وَلَـكِنَّ اللّهَ يَفْعَلُ مَا يُرِيدُ
tilka alrrusulu fadhdhalnaa ba’dhahum ‘alaa ba’dhin minhum man kallama allaahu warafa’a ba’dhahum darajaatin waaataynaa ‘iisaa ibna maryama albayyinaati wa-ayyadnaahu biruuhi alqudusi walaw syaa-a allaahu maa iqtatala alladziina min ba’dihim min ba’di maa jaa-at-humu albayyinaatu walaakini ikhtalafuu faminhum man aamana waminhum man kafara walaw syaa-a allaahu maa iqtataluu walaakinna allaaha yaf’alu maa yuriidu
[2:253] Rasul-rasul itu Kami lebihkan sebagian (dari) mereka atas sebagian yang lain. Di antara mereka ada yang Allah berkata-kata (langsung dengan dia) dan sebagiannya Allah meninggikannya158 beberapa derajat. Dan Kami berikan kepada ‘Isa putera Maryam beberapa mu’jizat serta Kami perkuat dia dengan Ruhul Qudus159. Dan kalau Allah menghendaki, niscaya tidaklah berbunuh-bunuhan orang-orang (yang datang) sesudah rasul-rasul itu, sesudah datang kepada mereka beberapa macam keterangan, akan tetapi mereka berselisih, maka ada diantara mereka yang beriman dan ada (pula) di antara mereka yang kafir. Seandainya Allah menghendaki, tidaklah mereka berbunuh-bunuhan. Akan tetapi Allah berbuat apa yang dikehendaki-Nya.
وَهُوَ الَّذِي جَعَلَكُمْ خَلاَئِفَ الأَرْضِ وَرَفَعَ بَعْضَكُمْ فَوْقَ بَعْضٍ دَرَجَاتٍ لِّيَبْلُوَكُمْ فِي مَا آتَاكُمْ إِنَّ رَبَّكَ سَرِيعُ الْعِقَابِ وَإِنَّهُ لَغَفُورٌ رَّحِيمٌ
wahuwa alladzii ja’alakum khalaa-ifa al-ardhi warafa’a ba’dhakum fawqa ba’dhin darajaatin liyabluwakum fii maa aataakum inna rabbaka sarii’u al’iqaabi wa-innahu laghafuurun rahiimun
6:165] Dan Dia lah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya dan sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
وَرَفَعَ أَبَوَيْهِ عَلَى الْعَرْشِ وَخَرُّواْ لَهُ سُجَّداً وَقَالَ يَا أَبَتِ هَـذَا تَأْوِيلُ رُؤْيَايَ مِن قَبْلُ قَدْ جَعَلَهَا رَبِّي حَقّاً وَقَدْ أَحْسَنَ بَي إِذْ أَخْرَجَنِي مِنَ السِّجْنِ وَجَاء بِكُم مِّنَ الْبَدْوِ مِن بَعْدِ أَن نَّزغَ الشَّيْطَانُ بَيْنِي وَبَيْنَ إِخْوَتِي إِنَّ رَبِّي لَطِيفٌ لِّمَا يَشَاءُ إِنَّهُ هُوَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ
warafa’a abawayhi ‘alaa al’arsyi wakharruu lahu sujjadan waqaala yaa abati haadzaa ta/wiilu ru/yaaya min qablu qad ja’alahaa rabbii haqqan waqad ahsana bii idz akhrajanii mina alssijni wajaa-a bikum mina albadwi min ba’di an nazagha alsysyaythaanu baynii wabayna ikhwatii inna rabbii lathiifun limaa yasyaau innahu huwa al’aliimu alhakiimu
[12:100] Dan ia menaikkan kedua ibu-bapanya ke atas singgasana. Dan mereka (semuanya) merebahkan diri seraya sujud763 kepada Yusuf. Dan berkata Yusuf: “Wahai ayahku inilah ta’bir mimpiku yang dahulu itu; sesungguhnya Tuhanku telah menjadikannya suatu kenyataan. Dan sesungguhnya Tuhanku telah berbuat baik kepadaku, ketika Dia membebaskan aku dari rumah penjara dan ketika membawa kamu dari dusun padang pasir, setelah syaitan merusakkan (hubungan) antaraku dan saudara-saudaraku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Lembut terhadap apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
اللّهُ الَّذِي رَفَعَ السَّمَاوَاتِ بِغَيْرِ عَمَدٍ تَرَوْنَهَا ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ كُلٌّ يَجْرِي لأَجَلٍ مُّسَمًّى يُدَبِّرُ الأَمْرَ يُفَصِّلُ الآيَاتِ لَعَلَّكُم بِلِقَاء رَبِّكُمْ تُوقِنُونَ
allaahu alladzii rafa’a alssamaawaati bighayri ‘amadin tarawnahaa tsumma istawaa ‘alaa al’arsyi wasakhkhara alsysyamsa waalqamara kullun yajrii li-ajalin musamman yudabbiru al-amra yufashshilu al-aayaati la’allakum biliqaa-i rabbikum tuuqinuuna
[13:2] Allah-lah Yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat, kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arasy, dan menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing beredar hingga waktu yang ditentukan. Allah mengatur urusan (makhluk-Nya), menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini pertemuan (mu) dengan Tuhanmu.
وَالسَّمَاء رَفَعَهَا وَوَضَعَ الْمِيزَانَ
waalssamaa-a rafa’ahaa wawadha’a almiizaana
audio[55:7] Dan Allah telah meninggikan langit dan Dia meletakkan neraca (keadilan).
رَفَعَ سَمْكَهَا فَسَوَّاهَا
rafa’a samkahaa fasawwaahaa
[79:28] Dia meninggikan bangunannya lalu menyempurnakannya
jadi dengan melihat ayat-ayat lain tentang rafa’a di ayat-ayat Al qur’an semoga ini bisa memudahkan kita untuk memahaminya.
bahwa رَّفَعَهُ (rafa’ahu), bukan bermakna mengangkat ditengah kerumunan tetapi mengangkat kehormatan atau harkat spiritualnya, sebagaimana seperti para Nabi lainnya (lihat kembali Qs 2:253)
Dan membahas Qs 4:158 tentang Isa as yang diangkat,maka perlu juga kita membahas ayat ini pula
إِذْ قَالَ اللّهُ يَا عِيسَى إِنِّي مُتَوَفِّيكَ وَرَافِعُكَ إِلَيَّ وَمُطَهِّرُكَ مِنَ الَّذِينَ كَفَرُواْ وَجَاعِلُ الَّذِينَ اتَّبَعُوكَ فَوْقَ الَّذِينَ كَفَرُواْ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ ثُمَّ إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأَحْكُمُ بَيْنَكُمْ فِيمَا كُنتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُونَ
idz qaala allaahu yaa ‘iisaa innii mutawaffiika waraafi’uka ilayya wamuthahhiruka mina alladziina kafaruu wajaa’ilu alladziina ittaba’uuka fawqa alladziina kafaruu ilaa yawmi alqiyaamati tsumma ilayya marji’ukum fa-ahkumu baynakum fiimaa kuntum fiihi takhtalifuuna
audio[3:55] (Ingatlah), ketika Allah berfirman: “Hai Isa, sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku serta membersihkan kamu dari orang-orang yang kafir, dan menjadikan orang-orang yang mengikuti kamu di atas orang-orang yang kafir hingga hari kiamat. Kemudian hanya kepada Akulah kembalimu, lalu Aku memutuskan diantaramu tentang hal-hal yang selalu kamu berselisih padanya”.
untuk masalah tersebut amor akan kutipkan dari Tafsir Al Azhar dari Buya Hamka QS 3:52-58
فَلَمَّا أَحَسَّ عيسى مِنْهُمُ الْكُفْرَ
“Maka tatkala telah terasa oleh Isa kekafiran mereka.” (pangkal ayat 52).
Segala seruannya dibantah dan ditolak, segala mu’jizat yang telah beliau perlihatkan hanya menambah keingkaran mereka belaka.
قالَ مَنْ أَنْصاري إِلَى اللهِ
“Berkatakan dia: siapakah yang akan menolongku pada Allah?”
Yaitu siapakah kiranya yang akan sudi menolong dan membelaku di dalam menegakkan Jalan Allah ini ?
قالَ الْحَوارِيُّونَ نَحْنُ أَنْصارُ اللهِ
`Menjawablah Hawariyun: Kamilah penalong-penolong Allah!”
Artinya, kamilah yang akan berdiri di samping engkau, wahai Almasih, membela engkau di dalam menegakkan Jalan Allah itu.
آمَنَّا بِاللهِ وَ اشْهَدْ بِأَنَّا مُسْلِمُونَ
“Kami percaya kepada Allah dan kami naik saksi bahwa kami ini adalah menyerahkan diri:” (ujung ayat 52).
Siapakah yang akan sudi berkorban, meninggalkan kepentingan lain untuk menegakkan kehendak Allah? Siapa yang sudi menderita karena menegakkan kebenaran? Kadang-kadang terpisah dari keluarga yang dikasihi, kampung halaman dan kesukaan-kesukaan yang lain? Hawari telah menjawab bahwa mereka telah menyediakan diri untuk itu. Hawari ialah gelar kemuliaan yang diberikan kepada pemuda-pemuda yang telah menyediakan jiwa raga untuk membela Almasih karena kesucian ajarannya. Menurut cara sekarangnya ialah kader-kader pilihan yang telah tahan ditempa. Al-Qur’an tidak menjelaskan berapa bilangan mereka. Yang mengatakan bahwa bilangan mereka adalah 12 orang, 13 orang dengan Yudas yang mengkhianati beliau, lalu diganti dengan yang lain, adalah Injil-injil catatan orang Kristen. Hawari itu telah menyatakan iman kepada Allah dan telah menyerahkan diri, dan taat kepada Isa, walaupun apa penderitaan yang akan mereka tangguhkan. Sebagaimana diketahui bagi penyerahan diri yang sungguh-sungguh itu tidak ada kata lain melainkan Islam dan orang-orangnya ialah Muslimin.
رَبَّنا آمَنَّا بِما أَنْزَلْتَ
”
Ya Tuhan kami! Kami telah percaya kepada apa yang Engkau turunkan.” (pangkal ayat 53)
Kami telah percaya kepada wahyuwahyu itu ataupun mu’jizat-mu’jizat itu. Satu pun tidak ada yang kami bantah atau mungkiri lagi.
وَ اتَّبَعْنَا الرَّسُولَ
“Dan kami pun telah mengikut Rasul itu.”
Yaitu Isa Almasih. Segala jejak-langkahnya telah kami ikuti, perintah Engkau yang disampaikannya telah kami junjung tinggi:
فَاكْتُبْنا مَعَ الشَّاهِدينَ
“Sebab itu tuliskanlah kiranya kami bersama-sama orangorang yang telah menyaksikan.” (ujung ayat 53).
Masukkanlah kami dalam dafrar orang-orang yang setia kepada Engkau, ya Ilahi. Karena segenap kehidupan kami ini telah kami sediakan buat Engkau, untuk mennegakkan jalan Engkau.
Demikianlah tiap-tiap Nabi mempunyai pembela, di samping orang-orang yang menolak dan menentang dia. Seperti pada Nabi Muhammad saw. dan para sahabat Muhajirin dan Anshar, bahkan ada yang bergelar Hawaii pula, yaitu Zubair bin Awwam, termasuk dalam sepuluh sahabat yang istimewa, maka Nabi Isa Almasih mempunyai Hawari seperti tersebut itu. Nabi Isa Almasih tidak sanggup menyusun kekuatan bersenjata seperti Nabi Muhammad saw. karena beliau menghadapi dua kekuatan, pertama pemerintahan yang dipegang oleh Bangsa Romawi yang kuat di masa itu, kedua kaumnya sendiri Bani Israil, yang kadangkadang lebih suka mengambil-ambil muka kepada penguasa bangsa Romawi itu daripada menerima seruan Isa. Di saat yang begitulah amat penting pengikut setia yang sudi mengorbankan segalagalanya, walau jiwa sekalipun.
وَمَكَرُوا
“Dan mereka telah membuat tipudaya.” (pangkal ayat 54).
Yaitu kaum Nabi Isa as, yang tidak mau percaya kepada risalat beliau itu, kaum Bani Israil. Mereka telah mengatur siasat-siasat yang buruk hendak menyingkirkan Nabi Isa Almasih dari muka bumi, tegasnya hendak membunuh beliau.
وَ مَكَرَ اللهُ
“Tetapi Allahpun telah menipudaya pula.”
Artinya tipudaya mereka yang busuk itu, hendak membunuh seorang Utusan Allah telah dibalas oleh Allah dengan tipudayaNya pula. Tipudaya si kafir dengan jalan yang jahat dan maksud yang jahat, sedang tipudaya Allah tidak lain daripada jalan yang baik dan maksud yang baik, sehingga Nabi Isa Almasih terlepaslah dari bahaya tipudaya mereka itu. Itu sebabnya maka tersebut di ujung ayat:
وَ اللهُ خَيْرُ الْماكِرينَ
“dan Allah adalah sepandai pandai (pembalas) tipudaya.” (ujung ayat 54).
Kalau manusia yang mempunyai maksud buruk mengadakan tipudaya agar maksud buruknya itu tercapai, maka Tuhan pun lebih pandai mengadakan tipudaya dengan maksudNya yang baik, sehingga kalahlah maksud tipudaya mereka itu oleh tipudaya Tuhan. Dengan ini nyatalah kalau di dalam al-Qur’an tersebut Tuhan membalas tipudaya manusia yang salah, bukanlah berarti Tuhan mengadakan tipudaya yang buruk seperti manusia yang bermaksud jahat itu.
Pada ayat selanjutnya diterangkan Tuhanlah bagaimana pandainya Dia menjawab tipudaya manusia yang jahat itu terhadap Nabi Isa Almasih Alaihis Salam, sehingga beliau terlepas dari bahaya maut yang telah mereka atur, yaitu supaya Nabi Isa hendaknya mati disalib.
إِذْ قالَ اللهُ يا عيسى إِنِّي مُتَوَفِّيكَ وَ رافِعُكَ إِلَيَّ وَ مُطَهِّرُكَ مِنَ الَّذينَ كَفَرُوا
“(Ingadah) tatkala Allah berkata: Wahai lsa,sesungguhnya Aku akan mewafatkan engkau dan mengangkat engkau kepadaKu, dan membersihkan engkau dari orang-orang yang kafir ” (pangkal ayat 55).
Artinya yang tepat dari ayat ini ialah bahwa maksud orang-orang kafir itu hendak menjadikan Isa Almasih mati dihukum bunuh, seperti yang dikenal yaitu dipalangkan dengan kayu, tidaklah akan berhasil. Tetapi Nabi Isa Almasih akan wafat dengan sewajarnya dan sesudah beliau wafat, beliau akan diangkat Tuhan ke tempat yang mulia di sisiNya, dan bersihlah diri beliau dari gangguan orang yang kafir-kafir itu.
Kata mutawwafika telah kita artikan menurut logatnya yang terpakai arti asal itu diambillah arti mematikan, sehingga wafat berarti mati, mewafatkan ialah mematikan. Apatah lagi bertambah kuat arti wafat ialah mati, mewafatkan ialah mematikan itu karena banyaknya bertemu dalam al-Qur’an ayat-ayat, yang disana disebutkan tawaffa, tawaffahumul-malaikatu, yang semuanya itu bukan menurut arti asal yaitu mengambil sempurna ambil, melainkan berati mati. Sehingga sampai kepada pemakaian bahasa yang umum jarang sekali diartikan wafat dengan ambil, tetapi pada umumnya diartikan mati juga.
Maka dari itu arti yang lebih dahulu dapat langsung difahamkan, apabila kita membaca ayat ini ialah: “Wahai Isa, Aku akan mematikan engkau dan mengangkat engkau kepadaKu dan membersihkan engkau daripada tipudaya orang yang kafir.”
Dia akan diangkat ke sisi Tuhan, ialah sebagai Nabi Idris yang diangkat derajatnya ke tempat yag tinggi, sebagai tersebut di dalam Surat Maryam (Surat 19 ayat 53). Seperti juga orang yang mati syahid di dalam Surat ali Imran ini juga ayat 169, dikatakan bahwa dia tetap hidup.
Tetapi meskipun demikian arti ayat ini yang mula-mula masuk langsung ke dalam pikiran setelah membacanya, namun dalam penafsirannya telah terjadi perselisihan pendapat atau khilafiyah yang panjang di antara ahli-ahli tafsir. Satu golongan besar ahli tafsir mengatakan bahwa arti ayat bukanlah sebagai yang mula-mula difahamkan itu. Tetapi inni mutawaffika artinya ialah sesungguhnya Aku akan mengambil engkau, jadi bukan berarti sesungguhnya Aku akan mematikan engkau. Tegasnya Nabi Isa Alaihis-Salam, tubuh dan rohnya dalam hidup-hidup diambil Tuhan dari alam ini warafi’uka ilayya dan mengangkat engkau kepadaKu, artinya sesudah beliau diambil dari dunia ini lalu diangkat ke langit hidup-hidup. Di langit itulah beliau sampai sekarang ini, dan di akhir zaman akan turun kembali ke dunia membunuh Dajjal.
Golongan ini menafsirkan demikian karena memang bertemu beberapa Hadits yang menerangkan bahwa di akhir Zaman Nabi Isa akan turun ke dunia kembali. Malahan mereka mengeluarkan pendapat bahwasanya ulama-ulama sejak zaman dahulu telah ijma mengatakan bahwa Nabi Isa telah diangkat ke langit, dan kelak dekat-dekat akan kiamat dia akan turun ke dunia membunuh babi dan menghancurkan salib.
Dan alasan mereka pula, ketika Nabi Muhammad saw. mi’raj, beliau bertemu Nabi Isa bersama Nabi Yahya. Tetapi oleh karena di dalam Agama Islam benar-benar ada kebebasan pikiran di dalam menafsirkan ayat-ayat Tuhan, meskipun yang menafsirkan demikian itu golongan besar yang disebut dalam istilah berita dengan jumhur; (hanya sekali) dan ada yang mengatakan bahwa faham menafsirkan itu telah ijma’, telah sama pendapat seluruh ulama, namun yang mengeluarkan pendapat berbeda sangat dengan tafsiran itu telah timbul pula.
Al-Alusi di dalam tafsirnya yang terkenal Ruhul Ma’ani, setelah memberikan keterangan beberapa pendapat tentang arti mutawwafika, akhirnya menyatakan pendapatnya sendiri bahwa artinya telah mematikan engkau, yaitu menyempurnakan ajal engkau (mustaufi ajalika) dan mematikan engkau menurut jalan biasa, tidak sampai dapat dikuasai oleh musuh yang hendak membunuh engkau.Dan beliau menjelaskan lagi bahwa arti warafi’uka ilayya, dan mengangkat engkau kepadaKu , telah mengangkat derajat beliau , memuliakan beliau, mendudukkan beliau, di tempat yang tinggi, yaitu roh beliau sesudah mati. Bukan mengangkat badannya.
Lalu al-Alusi mengemukakan beberapa kata rafa’a yang berarti “angkat” itu terdapat pula dalam beberapa ayat dalam al-Qur’an yang tiada lain artinya daripada mengangkat kemuliaan rohani sesudah meninggal.
Syaikh Muhammad Abduh menerangkan tentang tafsir ayat ini demikian: Ulama di dalam menafsirkan ayat ini menempuh dua jalan. Yang pertama dan yang masyhur ialah bahwa dia diangkat Allah dengan tubuhnya dalam keadaan hidup, dan nanti dia akan turun kembali di akhir zaman dan menghukum di antara manusia dengan syariat kita. Dan kata beliau seterusnya: ” …….Dan jalan penafsiran yang kedua ialah memahamkan ayat menurut asli yang tertulis, mengambil arti tawaffa dengan maknanya yang nyata, yaitu mati seperti biasa, dan rafa’a(angkat), ialah rohnya diangkat sesudah beliau mati.
Dan kata beliau pula: ” Golongan yang mengambil tafsir cara yang kedua ini terhadap hadits-hadits yang menyatakan Nabi Isa telah naik ke langit dan akan turun kembali, mereka mengeluarkan dua kesimpulan (takhrij). Kesimpulan pertama: Hadits-hadits itu ialah hadits-hadits ahad yang bersangkut-paut dengan soal i’tikad (kepercayaan) sedang soal-soal yang bersangkutan dengan kepercayaan tidaklah dapat diambil kalau tidak qath’i (tegas). Padahal dalam perkara ini tidak ada sama sekali hadits yang mutawatir.”
Kemudian beliau terangkan pula takhrij golongan kedua ini tentang nuzul Isa (akan turun Nabi Isa di akhir zaman) itu. Menurut golongan ini kata beliau turunnya Isa bukanlah turun tubuhnya, tetapi akan datang masanya pengajaran Isa yang asli , bahwa intisari pelajaran beliau yang penuh rahmat, cinta dan damai dan mengambil maksud pokok dari syariat, bukan hanya semata-mata menang kulit, yang sangat beliau cela pada perbuatan kaum Yahudi seketika beliau datang dahulu, akan bangkit kembali.” Demikianlah keterangan Syaikh Muhammad Abduh. (Tafsiral-Manar, jilid III, 317, cet. ke 3.)
Sayid Rasyid Ridha pernah menjawab pertanyaan dari Tunisia. Bunyi pertanyaan: “Bagaimana keadaan Nabi Isa sekarang? Di mana tubuh dan nyawanya? Bagaimana pendapat tuan tentang ayat inni mutawwaffika wa rafi’uka ? Kalau memang dia sekarang masih hidup, seperti di dunia ini, dari mana dia mendapat makanan yang amat diperlukan bagi tubuh jasmani haiwani itu ? Sebagaimana yang telah menjadi Sunnatullah atas makhlukNya ? “
Sayid Rasyid Ridha, sesudah menguraikan pendapat-pendapat ahli tafsir tentang ayat yang ditanyakan ini, mengambil kesimpulan: “Jumlah kata, tidaklah ada nash yang sharih (tegas) di dalam al-Qur’an bahwa Nabi Isa telah diangkat dengan tubuh dan nyawa ke langit dan hidup di sana seperti di dunia ini, sehingga perlu menurut sunnatullah tentang makan dan minum, sehingga menimbulkan pertanyaan tentang makan beliau sehari-hari.
Dan tidak pula ada nash yang sharih menyatakan beliau akan turun dari langit. Itu hanyalah akidah dari kebanyakan orang Nasrani, sedang mereka itu telah berusaha sejak lahirnya Islam menyebarkan kepercayaan ini dalam kalangan kaum Muslimin.”
Lalu beliau teruskan lagi: “Masalah ini adalah masalah khilafiyah sampaipun tentang masih diangkat ke langit dengan roh dan badannya itu.”
Dan berkata pula Syaikh Mustafa al-Maraghi, Syaikh Jami al-Azhar yang terkenal sebelum Perang Dunia ke-2, menjawab pertanyaan orang tentang ayat ini: “Tidak ada dalam al-Qur’an suatu nash yang sharih dan putus tentang Isa as. diangkat ke langit dengan tubuh dan nyawanya itu, dan bahwa dia sampai sekarang masih hidup, dengan tubuh nyawanya.
Adapun sabda Tuhan mengatakan: “Aku akan mewafatkan engkau dan mengangkat engkau kepadaKu dan membersihkan engkau daripada orang-orang yang kafir itu!” Jelaslah bahwa Allah mewafatkannya dan mematikannya dan mengangkatnya, zahirlah (nyata) dengan diangkatnya sesudah wafat itu, yaitu diangkat derajatnya di sisi Allah, sebagaimana Idris as. dikatakan Tuhan: “dan Kami angkatkan dia ke tempat yang tinggi.” Dan inipun jelas pula, yang jadi pendapat setengah ulama-ulama Muslimin, bahwa beliau diwafatkan Allah, wafat yang biasa, kemudian diangkatkan derajatnya. Maka diapun hiduplah dalam kehidupan rohani, sebagaimana hidupnya orang-orang yang mati syahid dan kehidupan Nabi-nabi yang lain juga.
Tetapi jumhur Ulama menafsirkan bahwa beliau diangkat Allah dengan tubuh dan nyawanya, sehingga dia sekarang ini hidup dengan tubuh dan nyawa, karena berpegang kepada hadits yang memperkatakan ini, lalu mereka tafsirkan al-Qur’an disejalankan dengan maksud hadits-hadits itu.
Lalu kata beliau: “Tetapi hadits-hadits ini tidaklah sampai kepada derajat hadits-hadits yang mutawatir, yang wajib diterima sebagai akidah. Sebab akidah tidaklah wajib melainkan dengan nash al-Qur’an dan hadits-hadits yang mutawatir. Oleh karena itu maka tidaklah wajib seorang Muslim beri’tikad bahwa Isa Almasih hidup sekarang dengan tubuh dan nyawanya, dan orang yang menjalani akidah itu tidaklah kafir dari Syariat Islam.”
Berkata pula Syaikh Mahmud Syaltut, Syaikh Jami’ Al-Azhar (meninggal tahun 1963), tentang hadits-hadits bahwa Nabi sa akan turun Demikian kata beliau: “Riwayat-riwayat itu adalah kacau balau, berlain-lain saja lafaznya dan maknanya yang tidak dapat dipertemukan. Kekacau-balauan ini dijelaskan benar-benar oleh Ulama Hadits. Dan di atas dari itu semua, yang membawa riwayat ini ialah Wahab bin Munabbih dan Ka’ab al-Ahbar, keduanya itu ialah ahlul-kitab yang kemudian memeluk Islam, dan sudahlah dikenal derajat keduanya dalam penilaian ahli-ahli jarh dan ta di/(ahli penyelidik nilai Hadits).
Meskipun Hadits yang dirawikan Abu Hurairah tentang Nabi Isa akan turun ada pula, apabila Hadits itu shahih, namun dia adalah Had its Ahad. Dan Ulama telah ijma’ bahwasanya hadits ahad tidak berfaedah untuk dijadikan dasar akidah dan tidak sah dipegang dalam urusan-urusan yang ghaib.
Tentang Nabi Muhammad s.a.w bertemu Nabi Isa dan Yahya ketika Mi’raj, bukanlah alasan yang kuat buat membuktikan bahwa Isa as. hidup di langit, tetapi itu hanyalah pertemuan kerohanian belaka, bukan pertemuan tubuh. Keterangan tentang ini dapat dilihat dalam kitab Fathul-Bari dan Zadul Ma ad.
Akhirnya Syaikh Syaltout menutup fatwanya demikian:
01 – Tidak ada dalam al-Qur’an yang mulia dan tidak pula dalam Sunnah yang suci suatu alasan yang jitu, yang baik untuk dijadikan dasar akidah, yang dapat menimbulkan ketenteraman dalam hati bahwasanya Isa diangkat ke langit dengan tubuhnya, dan sampai sekarang dia masih hidup di langit dan bahwa dia akan turun ke bumi di akhir zaman.
02 – Kesimpulan yang diperdapat daripada ayat yang berkenaan dengan soal ini ialah bahwa Allah menjanjikan kepada Isa bahwa Dia akan mewafatkannya menurut ajalnya, dan mengangkatnya daripada tipudaya orang yang kafir, dan bahwa janji Tuhan ini memang telah terjadi, maka tidaklah dia mati dibunuh oleh musuh-musuhnya dan tidaklah dia disalibkan, tetapi disempurnakan Allah ajalnya dan diangkat derajatnya.
03 – Barangsiapa yang tidak percaya bahwa Isa telah diangkat dengan tubuhnya ke langit dan bahwa dia mengingkari dalil yang qath’i (jelas dan nyata), maka tidaklah dia keluar dari Islam dan Iman, dan tidaklah boleh dia dihukum murtad, bahkan dia Muslim dan Mu’min, disembahyangkan seperti menyembahyangkan orang beriman yang lain, dikuburkan di pekuburan orang mu’min, dan tidak rusak imannya di sisi Allah. Dan Allah terhadap hambaNya adalah,Maha Tahu, lagi memandang.
Sekian kita salinkan pendapat Syaikh Syaltout dalam kitab al-Fatawa beliau (cetakan AI-Azhar tahun 1959).
Adapun ulama Indonesia yang menganut faham seperti demikian dan menyatakan pula faham itu dengan karangan ialah guru dan ayah hamba Dr. Syaikh Abdul Karim Amrullah di dalam bukunya al-Qaulush-Shahih, pada tahun 1924. Beliaupun menyatakan faham beliau bahwa Nabi Isa meninggal dunia menurut ajalnya dan diangkat derajat beliau di sisi Allah, jadi bukan tubuhnya yang dibawa ke langit.
Demkianlah, oleh karena al-Qur’an selalu terbuka buat difahamkan, meskipun golongan yang menafsirkan ayat ini bahwa Nabi Isa diangkat dengan tubuhnya ke langit disebutkan jumhur, tidaklah tertutup pintu buat menilai pokok pendirian orang yang menafsirkan ayat menurut lahirnya itu, sehingga mungkin di satu waktu, tafsiran jumhur itu hanyalah sebagai catatan saja, bahwa pernah banyak orang menafsirkan demikian, tetapi tafsir yang kedua diterima oleh pendapat umum.
Kaum Ahmadiyah untuk menguatkan pendiriannya bahwa Mirza Ghulam Ahmad adalah Nabi, dan dialah Nabi Isa Almasih yang dijanjikan akan turun di akhir zaman itu, maka merekapun menguatkan pendapat bahwa Nabi Isa telah mati. Mereka mau berdebat bertukar fikiran berhari-hari bermalam-malam untuk mempertahankan pendirian bahwa Nabi Isa Almasih telah mati dan bukanlah diangkat ke langit dengan tubuhnya dan nyawanya.
Maka jika ada orang yang berpendapat bahwa Nabi Isa Almasih telah mati, bukan tubuh dan nyawanya yang diangkat ke langit, bukanlah berarti bahwa orang itu telah menganut faham Ahmadiyah. Syaikh Muhammad Abduh, Sayid Rasyid Ridha, Syaikh Muhammad Mustafa al-Maraghi dan Syaikh Mahmud Syaltout dan guru serta ayah saya Dr, Syaikh Abdul Karim Amrullah bukanlah orang Ahmadiyah, malahan mereka itu menolak keras akidah Ahmadiyah yang mematikan Al-masih untuk melapangkan jalan bagi menghidupkan Mirza Ghulam Ahmad buat menggantikan tempat Nabi Isa menjadi Almasih.Kemudian datanglah lanjutan ayat:
وَ جاعِلُ الَّذينَ اتَّبَعُوكَ فَوْقَ الَّذينَ كَفَرُوا إِلى يَوْمِ الْقِيامَةِ
“Dan akan menjadikan orang-orang yang mengikut engkau lebih atas dan orang-orang yang kafir itu sampai hari kiamat”
Artinya, bahwasanya orang-orang yang teguh memegang ajaran Nabi Isa Almasih yang asli, yaitu tauhid, akan tetap lebih atas karena kebenarannya tidak dapat dijatuhkan, dan kepercayaan-kepercayaan yang kuat itu kian lama kian hilang pasarannya dari muka bumi ini. Pengetahuan manusia akan bertambah maju. Kemajuan pengetahuan akhir-kelaknya tidaklah akan sampai kepada mengatakan bahwa Allah itu bertiga dalam satu dan satu dalam tiga. Bertambah orang menyelidiki kebenaran dan suka membebaskan dirinya dari paksaan taqlid kepada pemimpin agama dan pendeta, bertambahlah akan nampak kemenangan orang-orang yang benar-benar mencari kebenaran dalam dunia ini. Sebab Allah itu sendiri adalah kebenaran: Al-Haq.
ثُمَّ إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ
“Maka kepada Akulah tempat kamu kembali.”
Artinya, meskipun betapa perselisihan dan pertengkaran, yang satu mengatakan dia saja yang benar dan yang lain tidak mau menerima jika semuanya akan kembali kepadaNya, untuk mempertanggungjawabkan segala keyakinan dan anutan kita pada masa hidup di dunia yang fana ini:
فَأَحْكُمُ بَيْنَكُمْ فيما كُنْتُمْ فيهِ تَخْتَلِفُونَ
“Maka akan Aku putuskan nanti antara kamu, dari hal apa-apa yang telah kamu perselisihkan padanya itu.” (ujung ayat 55).
Ujung ayat ini sangatlah dalam artinya bagi mendidik kita di dalam menempuh pergolakan hidup. Adalah satu kenyataan bahwa kita telah terdiri dari berbagai golongan. Kadang-kadang kita bertengkar dan bertukar fikiran, kadang-kadang berebut pasaran dan pengaruh. Sehingga lantaran bertengkar kadang-kadang kita lupa akan kewajiban kita yang sebenarnya, yaitu mengabdikan diri kepada Tuhan. Lupa bahwa hidup di dunia fana yang pendek ini hendaklah diisi dengan amal yang baik, jasa yang berguna, ilmu yang berfaedah. Ujung ayat memberi ingat, janganlah terlalu banyak berselisih di antara kamu.
Kalau kamu merasa bahwa agamamulah atau ajaran kamulah yang paling benar, cobalah kerjakan dan amalkan dengan baik. Kalau waktu hanya kamu habiskan dengan bertengkar, niscaya amalan akan terbengkalai dan umurmu habis percuma, sedang yang kamu banggakan dengan mulutmu tidak membekas dalam amalmu. Di muka Allah nanti, di hadapan Qadhi Yang Maha Adil, segala yang kamu perselisihkan akan diselesaikan sendiri oleh Allah.
فَأَمَّا الَّذينَ كَفَرُوا فَأُعَذِّبُهُمْ عَذاباً شَديداً فِي الدُّنْيا وَ الْآخِرَةِ
” Maka adapun orang-orang yang kafir itu , maka akan Aku siksalah mereka dengan siksaan yang sangat di dunia dan di akhirat” (pangkal ayat 56).
Di dalam ayat ini nampak bahwasanya ajaran agama bukanlah semata-mata untuk keselamatan akhirat saja. Bahkan terlebih dahulu siksaan dunia akan dirasainya. Di dalam Ilmu Akhlak diterangkan betapa hidup yang lurus di dunia ini, dengan kebersihan akhlak, moral dan mental. Tanggungjawab kepada Allah dan tanggungjawab kepada sesama manusia. Kufur, tidak mau percaya kepada Allah sebagai unit, sebagai pusat dan pokok pangkal tempat bertolak di dalam hidup, akan menyebabkan hidup itu sendiri penuh dengan siksaan. Kekayaan, pangkat danjabatan yang tinggi, harta-benda yang melimpah-limpah dan kekuasaan yang dirasai tidak berbatas, tidaklah akan dapat menolong menyelubungi siksaan batin karena tadinya memilih jalan yang sesat.
Di ayat ini terlebih dahulu diterangkan betapa hebatnya siksaan dunia, baik mengenai diri pribadi atau mengenai kelompok masyarakat. Meskipun yang mula-mula diceritakan ialah kejahatan orang Yahudi yang hendak membunuh Nabi Isa Almasih, dan mereka digagalkan oleh Tuhan, namun dia tidak menjadi pedoman bagi seluruh manusia, bahwasanya menolak kebenaran Allah adalah siksaan, baik siksaan ketika hidup di dunia, ataupun siksaan sesudah mati dalam akfrrat.
وَ ما لَهُمْ مِنْ ناصِرينَ
“Dan tidaklah ada bagi mereka orang-orang yang akan menolong.” (ujung ayat 56).
Cobalah kita fikirkan baik-baik, siapakah yang akan dapat menolong kita kalau sekiranya kita sendiri yang dari semula telah memilih jalan salah ? Kita telah menentang Al-Haq (kebenaran), sedang kebenaran itu hanya satu, Allah itu sendiri bernama Kebenaran. Maka siapakah orang lain yang akan sudi menolong kita di dalam menempuh jalan yang di luar kebenaran itu? Padahal kebenaran itu hanya satu? Maka orang kufur menolak kebenaran, akan sepilah jiwanya sendirian dan tidak akan ada orang yang membela dia. Siapa yang akan tampil ke muka membela orang yang salah? , Apatah lagi di akhirat kelak, di tempat yang sega:a sesuatu terpulang kepada Allah.
وَأَمَّا الَّذينَ آمَنُوا وَ عَمِلُوا الصَّالِحاتِ فَيُوَفِّيهِمْ أُجُورَهُمْ
Dan adapun orang-orang yang beriman dan mengamalkan perbuatan perbuatan yang shalih, maka akan Dia sempurnakan ganjaran-ganjaran mereka.” (pangkal ayat 57).
Kalau pada ayat yang terdahulu dikatakan bahwa orang yang menolak ajaran Allah akan mendapat siksaan di dunia dan di akhirat, maka orang-orang yang mengerjakan perbuatanperbuatan yang shalihpun akan diberi Allah ganjaran dengan sempurna, sejak dari dunia sampai ke akhirat. Bila iman telah tumbuh di dalamjiwa, belumlah mereka akan puas kalau itu belum dibuktikan dengan amal. Bilamana satu amal sudah selesai dengan baik, sebab kewajiban yang timbul dari dalam seruan batin telah dilaksanakan. Amal usaha yang banyak memberikan kepuasan di dalam diri sendiri, sebab hidup telah bernilai. Dan kelak di akhirat akan mendapat bahagia lipat-ganda lagi.
Inilah didikan kepada manusia seterusnya, selama alam ini masih terkembang dan selama manusia masih di dalamnya, yaitu supaya manusia lebih banyak menuruti suara hati nuraninya. Jangan memperturutkan hawanafsu. Kalau di zaman dahulunya jangan membunuh nabi-nabi dan jangan menganiaya, baik aniaya terhadap orang lain ataupun terhadap diri sendiri.
وَ اللهُ لا يُحِبُّ الظَّالِمينَ
“Dan Allah tidaklah suka kepada orang-orang yang aniaya.” (ujung ayat 57).
Sebesar-besar aniaya ialah mendustai diri sendiri. Beriman dan beramal shalih sebanyak-banyaknya adalah suara dari hati nurani. Hawa nafsu manusia menyebabkan suara hati suci-murni itu mereka bantah atau mereka tekankan saja. Lalu mereka menempuh jalan yang salah, susahlah membebaskan diri dari pengaruhnya. Di situlah timbul aniaya kepada diri sendiri.
Di sini Tuhan memperingatkan bahwa Dia tidak suka kepada orang-orang yang aniaya. Ayat ini menjelaskan bahwa kalau kita menganiaya diri, adalah itu di luar kesukaan Allah. Melainkan pilihan kita sendiri. Kalau Tuhan telah menyatakan tidak menyukainya, tandanya kita dilarang mendekat kepada sikap aniaya. Sebab itu tidaklah layak kita berkata bahwa saya ini menjadi orang yang aniaya, karena takdir Tuhan. Mengapa Tuhan akan mentakdirkan perkara yang dilarangNya? Sebab itu kita sendirilah yang hendaknya berusaha menjauhi aniaya.
ذلِكَ نَتْلُوهُ عَلَيْكَ
“Demikianlah telah kami bacakan dia kepada engkau .” (pangkal ayat 58).
Yaitu telah diceritakan betapa Bani Israil, tegasnya Yahudi mencoba segala tipudaya mereka hendak menjerumuskan Isa Almasih ke dalam lembah kesengsaraan, bahkan hendak membunuhnya sekali, karena mereka telah kafir tidak mau menerima Risalat Nabi Isa. Maksud mereka hendak menghinakan beliau tidak tercapai; bahkan Almasih bertambah dimuliakan Tuhan. Mereka hendak membunuh beliau, namun Allah memeliharanya. Dan si penolak kebenaran itu, tidaklah berdaya dalam usahanya, melainkan mendapat kegagalan total. Yang dikisahkan Tuhan kepada Nabi Muhammad saw ini adalah;
مِنَ الْآياتِ وَ الذِّكْرِ الْحَكيمِ
“Sebahagian dari ayat-ayat dan peringatan yang amat bijaksana.” (ujung ayat 58).
Dijelaskan di ujung ayat ini bahwasanya kisah kemuliaan ini barulah sebahagian kecil saja dari ayat-ayat Allah, yaitu tanda-tanda kebesaran dan kekuasaan Tuhan. Isinyapun ialah satu peringatan bahwasanya kecurangan pasti gagal dan seorang yang dimuliakan 0leh Allah, tidak ada makhluk yang sanggup menghinakannya. Lalu ditekankan di ujung ayat tentang hal bijaksana. Yaitu, kalau kita pelajari dari hanya sebahagian ayat yang dikisahkan Tuhan ini dan kita bandingkan pula kepada kejadian-kcjadian yang lain, akan selalu kelihatan betapa kebijaksanaan Ilahi di dalam mengatur siasatNya. Dan semuanya ini telah disampaikan Tuhan dengan amat halus dan penuh hikmat kebijaksanaan, sehingga terbuka pulalah jalan seluas-luasnya bagi barangsiapa yang hendak menyelidiki jalan sejarah hidup manusia dalam alam dunia ini\
=============================================
Kutip Tulisan Amosart 2009
Dan alasan mereka pula, ketika Nabi Muhammad saw. mi’raj, beliau bertemu Nabi Isa bersama Nabi Yahya. Tetapi oleh karena di dalam Agama Islam benar-benar ada kebebasan pikiran di dalam menafsirkan ayat-ayat Tuhan, meskipun yang menafsirkan demikian itu golongan besar yang disebut dalam istilah berita dengan jumhur; (hanya sekali) dan ada yang mengatakan bahwa faham menafsirkan itu telah ijma’, telah sama pendapat seluruh ulama, namun yang mengeluarkan pendapat berbeda sangat dengan tafsiran itu telah timbul pula.
mengenai Isra Mi’raj semoga artikel ini bisa membantu..
Menjawab Soal Isra’ miraj
baca link ini : http://answering.wordpress.com/2007/07/21/menjawab-soal-isra-miraj/
Amosart menulis
terima kasih rekan id amor atas penjelasan panjang lebar terkait hal ini. pendapat ini sangat membantu saya untuk lebih memahami topik ini.—
pendapat anda tentang belajar islamologi dari perspektif kristiani menghalangi saya untuk melihat isi yang sebenarnya, sehingga saya harus mencari dari perspektif Islam sendiri. sebab dalam hal ini saya tidak hendak menilai tapi mempelajarinya dengan hati yang tulus menerima kebenaran yang diajarkan tentang isa al masih dalam islam. jika tidak tentu kita akan terjebak perdebatan mengenai ketuhanan Isa Almasih dari awal yang menurut saya akan menjadi sebuah diskusi yang absurd dan memaksakan satu sama lain.
Tanggapan Id amor
kalau seandainya amor menyinggung soal islamologi didalam sekolah teologi , bukan bermaksud untuk mengalihkan persoalan untuk membahas masalah ini dari sudut pandang Islam dan Kristen,karena sebelumnya amor tahu anda sudah menegaskan bahwa anda ingin melihat persoalan ini dari sudut pandang Muslim
Amosart menulis :
saya tidak menyangka masuk ke dalam topik yang ternyata cukup rumit. Saya hanya hendak memastikan dalam ayat bentuk kata yang digunakan untuk menjelaskan kata rafa tersebut. apakah ia diangkat hidup-hidup? Sebab jika dia diangkat hidup-hidup saya menemukan ayat lain di mana dia diwafatkan. sehingga penjelasan ini akan bertentangan. Saya baca satu nats lain secara eksplisit bahwa dalam Al Quran bahwa isi nya tidak boleh ada hal yang bertentangan jika ini wahyu Tuhan.
jawaban ringkas sudah amor sampaikan(Baca dialog sebelumnya disini) , tetapi akan amor sampaikan sekali lagi dibawah
Kutip
Relevansi dalam pembahasan ini adalah asumsi saya 100 % Al Quran adalah wahyu Tuhan sehingga bagi saya Al Quran adalah sebuah sumber otentik bagi saya untuk mengenal Isa Al masih dari sudut pandang Islam. Sehingga penjelasan lain yang tidak tertulis secara langsung dalam Al Quran bagi saya sulit untuk dijadikan acuan belajar saya, termasuk tafsir pada yang tidak non eksplisit. Atau tafsir yang melebih-lebihkan, sebab berungkali dituliskan dalam Al Quran bahwa Allah tidak senang pada hal melebih-lebihkan, sehingga Islam dapat menjadi sebuah acuan sebuah agama rasional yang proposional. Sedangkan yang membuat tafsir dari yang tidak jelas atau mutasyahabiat (jika tidak salah tulis) akan berujung pada kesesatan.
betul bahwa Al Qur’an adalah firman Allah tetapi dalam hal ini amor perlu sekali menyampaikan beberapa Penafsiran para Ulama yang tentunya keilmuannya jauh dibandingkan muslim disini.. (apalagi hanya seorang id amor, yang masih harus banyak belajar)
Amosart menulis
hmmm. Saya rasa saya mulai mengerti kenapa hal ini menjadi rumit dan anda menjelaskan begitu panjang dalam thread sebelumnya. Kalau kata aniaya mungkin kurang tepat, bisa juga dijahati atau dizholimi, sama seperti rasul-rasul dan nabi sebelumnya.
jadi mana skenarionya yang lebih sesuai dengan pandangan Al Quran:
a. Dizholimi – diangkat (hidup-hidup) ke langit – datang lagi – Mati (seperti rekan Kenji sampaikan)
b. Dizholimi – diangkat (derajad) – mati – datang lagi
mungkin setelah ini kita dapat masuk ke diskusi bagian lain, tentang Mujizat Isa Al Masih. Terima kasih rekan-rekan semua.
Tanggapan Id Amor
dari jawaban-jawaban amor sebelumnya tidak masuk kriteria A maupun B, tetapi bisa jadi kriteria C,sama dengan manusia lainnya
C. hidup-mati-dibangkitkan dihari pembalasan nanti.
قَالَ إِنِّي عَبْدُ اللَّهِ آتَانِيَ الْكِتَابَ وَجَعَلَنِي نَبِيّاً
[19:30] Berkata Isa: “Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi,
وَجَعَلَنِي مُبَارَكاً أَيْنَ مَا كُنتُ وَأَوْصَانِي بِالصَّلَاةِ وَالزَّكَاةِ مَا دُمْتُ حَيّاً
[19:31] dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup;
وَبَرّاً بِوَالِدَتِي وَلَمْ يَجْعَلْنِي جَبَّاراً شَقِيّاً
[19:32] dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka
وَالسَّلَامُ عَلَيَّ يَوْمَ وُلِدتُّ وَيَوْمَ أَمُوتُ وَيَوْمَ أُبْعَثُ حَيّاً
[19:33] Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali”.
sebagaimana juga Yahya as
يَا يَحْيَى خُذِ الْكِتَابَ بِقُوَّةٍ وَآتَيْنَاهُ الْحُكْمَ صَبِيّاً
[19:12] Hai Yahya, ambillah Al Kitab (Taurat) itu dengan sungguh-sungguh. Dan kami berikan kepadanya hikmah selagi ia masih kanak-kanak,
وَحَنَاناً مِّن لَّدُنَّا وَزَكَاةً وَكَانَ تَقِيّاً
[19:13] dan rasa belas kasihan yang mendalam dari sisi Kami dan kesucian (dan dosa). Dan ia adalah seorang yang bertakwa,
وَبَرّاً بِوَالِدَيْهِ وَلَمْ يَكُن جَبَّاراً عَصِيّاً
[19:14] dan seorang yang berbakti kepada kedua orang tuanya, dan bukanlah ia orang yang sombong lagi durhaka.
وَسَلَامٌ عَلَيْهِ يَوْمَ وُلِدَ وَيَوْمَ يَمُوتُ وَيَوْمَ يُبْعَثُ حَيّاً
[19:15] Kesejahteraan atas dirinya pada hari ia dilahirkan dan pada hari ia meninggal dan pada hari ia dibangkitkan hidup kembali.
dan juga manusia-manusia lainnya
قَالَ فِيهَا تَحْيَوْنَ وَفِيهَا تَمُوتُونَ وَمِنْهَا تُخْرَجُونَ
[7:25] Allah berfirman: “Di bumi itu kamu hidup dan di bumi itu kamu mati, dan dari bumi itu (pula) kamu akan dibangkitkan.
persoalan Isa as datang kedunia lagi setidaknya amor sudah menyinggungnya dengan mengutip Tafsir Al Azhar Qs 3:155
Dan berkata pula Syaikh Mustafa al-Maraghi, Syaikh Jami al-Azhar yang terkenal sebelum Perang Dunia ke-2, menjawab pertanyaan orang tentang ayat ini: “Tidak ada dalam al-Qur’an suatu nash yang sharih dan putus tentang Isa as. diangkat ke langit dengan tubuh dan nyawanya itu, dan bahwa dia sampai sekarang masih hidup, dengan tubuh nyawanya.
Adapun sabda Tuhan mengatakan: “Aku akan mewafatkan engkau dan mengangkat engkau kepadaKu dan membersihkan engkau daripada orang-orang yang kafir itu!” Jelaslah bahwa Allah mewafatkannya dan mematikannya dan mengangkatnya, zahirlah (nyata) dengan diangkatnya sesudah wafat itu, yaitu diangkat derajatnya di sisi Allah, sebagaimana Idris as. dikatakan Tuhan: “dan Kami angkatkan dia ke tempat yang tinggi.” Dan inipun jelas pula, yang jadi pendapat setengah ulama-ulama Muslimin, bahwa beliau diwafatkan Allah, wafat yang biasa, kemudian diangkatkan derajatnya. Maka diapun hiduplah dalam kehidupan rohani, sebagaimana hidupnya orang-orang yang mati syahid dan kehidupan Nabi-nabi yang lain juga.
Tetapi jumhur Ulama menafsirkan bahwa beliau diangkat Allah dengan tubuh dan nyawanya, sehingga dia sekarang ini hidup dengan tubuh dan nyawa, karena berpegang kepada hadits yang memperkatakan ini, lalu mereka tafsirkan al-Qur’an disejalankan dengan maksud hadits-hadits itu.
Lalu kata beliau: “Tetapi hadits-hadits ini tidaklah sampai kepada derajat hadits-hadits yang mutawatir, yang wajib diterima sebagai akidah. Sebab akidah tidaklah wajib melainkan dengan nash al-Qur’an dan hadits-hadits yang mutawatir. Oleh karena itu maka tidaklah wajib seorang Muslim beri’tikad bahwa Isa Almasih hidup sekarang dengan tubuh dan nyawanya, dan orang yang menjalani akidah itu tidaklah kafir dari Syariat Islam.”
Berkata pula Syaikh Mahmud Syaltut, Syaikh Jami’ Al-Azhar (meninggal tahun 1963), tentang hadits-hadits bahwa Nabi sa akan turun Demikian kata beliau: “Riwayat-riwayat itu adalah kacau balau, berlain-lain saja lafaznya dan maknanya yang tidak dapat dipertemukan. Kekacau-balauan ini dijelaskan benar-benar oleh Ulama Hadits. Dan di atas dari itu semua, yang membawa riwayat ini ialah Wahab bin Munabbih dan Ka’ab al-Ahbar, keduanya itu ialah ahlul-kitab yang kemudian memeluk Islam, dan sudahlah dikenal derajat keduanya dalam penilaian ahli-ahli jarh dan ta di/(ahli penyelidik nilai Hadits).
Meskipun Hadits yang dirawikan Abu Hurairah tentang Nabi Isa akan turun ada pula, apabila Hadits itu shahih, namun dia adalah Had its Ahad. Dan Ulama telah ijma’ bahwasanya hadits ahad tidak berfaedah untuk dijadikan dasar akidah dan tidak sah dipegang dalam urusan-urusan yang ghaib.
Tentang Nabi Muhammad s.a.w bertemu Nabi Isa dan Yahya ketika Mi’raj, bukanlah alasan yang kuat buat membuktikan bahwa Isa as. hidup di langit, tetapi itu hanyalah pertemuan kerohanian belaka, bukan pertemuan tubuh. Keterangan tentang ini dapat dilihat dalam kitab Fathul-Bari dan Zadul Ma ad.
Akhirnya Syaikh Syaltout menutup fatwanya demikian:
01 – Tidak ada dalam al-Qur’an yang mulia dan tidak pula dalam Sunnah yang suci suatu alasan yang jitu, yang baik untuk dijadikan dasar akidah, yang dapat menimbulkan ketenteraman dalam hati bahwasanya Isa diangkat ke langit dengan tubuhnya, dan sampai sekarang dia masih hidup di langit dan bahwa dia akan turun ke bumi di akhir zaman.
02 – Kesimpulan yang diperdapat daripada ayat yang berkenaan dengan soal ini ialah bahwa Allah menjanjikan kepada Isa bahwa Dia akan mewafatkannya menurut ajalnya, dan mengangkatnya daripada tipudaya orang yang kafir, dan bahwa janji Tuhan ini memang telah terjadi, maka tidaklah dia mati dibunuh oleh musuh-musuhnya dan tidaklah dia disalibkan, tetapi disempurnakan Allah ajalnya dan diangkat derajatnya.
03 – Barangsiapa yang tidak percaya bahwa Isa telah diangkat dengan tubuhnya ke langit dan bahwa dia mengingkari dalil yang qath’i (jelas dan nyata), maka tidaklah dia keluar dari Islam dan Iman, dan tidaklah boleh dia dihukum murtad, bahkan dia Muslim dan Mu’min, disembahyangkan seperti menyembahyangkan orang beriman yang lain, dikuburkan di pekuburan orang mu’min, dan tidak rusak imannya di sisi Allah. Dan Allah terhadap hambaNya adalah,Maha Tahu, lagi memandang.
Sekian kita salinkan pendapat Syaikh Syaltout dalam kitab al-Fatawa beliau (cetakan Al-Azhar tahun 1959).
Adapun ulama Indonesia yang menganut faham seperti demikian dan menyatakan pula faham itu dengan karangan ialah guru dan ayah hamba Dr. Syaikh Abdul Karim Amrullah di dalam bukunya al-Qaulush-Shahih, pada tahun 1924. Beliaupun menyatakan faham beliau bahwa Nabi Isa meninggal dunia menurut ajalnya dan diangkat derajat beliau di sisi Allah, jadi bukan tubuhnya yang dibawa ke langit.
Demkianlah, oleh karena al-Qur’an selalu terbuka buat difahamkan, meskipun golongan yang menafsirkan ayat ini bahwa Nabi Isa diangkat dengan tubuhnya ke langit disebutkan jumhur, tidaklah tertutup pintu buat menilai pokok pendirian orang yang menafsirkan ayat menurut lahirnya itu, sehingga mungkin di satu waktu, tafsiran jumhur itu hanyalah sebagai catatan saja, bahwa pernah banyak orang menafsirkan demikian, tetapi tafsir yang kedua diterima oleh pendapat umum.
Kaum Ahmadiyah untuk menguatkan pendiriannya bahwa Mirza Ghulam Ahmad adalah Nabi, dan dialah Nabi Isa Almasih yang dijanjikan akan turun di akhir zaman itu, maka merekapun menguatkan pendapat bahwa Nabi Isa telah mati. Mereka mau berdebat bertukar fikiran berhari-hari bermalam-malam untuk mempertahankan pendirian bahwa Nabi Isa Almasih telah mati dan bukanlah diangkat ke langit dengan tubuhnya dan nyawanya.
Maka jika ada orang yang berpendapat bahwa Nabi Isa Almasih telah mati, bukan tubuh dan nyawanya yang diangkat ke langit, bukanlah berarti bahwa orang itu telah menganut faham Ahmadiyah. Syaikh Muhammad Abduh, Sayid Rasyid Ridha, Syaikh Muhammad Mustafa al-Maraghi dan Syaikh Mahmud Syaltout dan guru serta ayah saya Dr, Syaikh Abdul Karim Amrullah bukanlah orang Ahmadiyah, malahan mereka itu menolak keras akidah Ahmadiyah yang mematikan Al-masih untuk melapangkan jalan bagi menghidupkan Mirza Ghulam Ahmad buat menggantikan tempat Nabi Isa menjadi Almasih.Kemudian datanglah lanjutan ayat:
وَ جاعِلُ الَّذينَ اتَّبَعُوكَ فَوْقَ الَّذينَ كَفَرُوا إِلى يَوْمِ الْقِيامَةِ
“Dan akan menjadikan orang-orang yang mengikut engkau lebih atas dan orang-orang yang kafir itu sampai hari kiamat”
Artinya, bahwasanya orang-orang yang teguh memegang ajaran Nabi Isa Almasih yang asli, yaitu tauhid, akan tetap lebih atas karena kebenarannya tidak dapat dijatuhkan, dan kepercayaan-kepercayaan yang kuat itu kian lama kian hilang pasarannya dari muka bumi ini. Pengetahuan manusia akan bertambah maju. Kemajuan pengetahuan akhir-kelaknya tidaklah akan sampai kepada mengatakan bahwa Allah itu bertiga dalam satu dan satu dalam tiga. Bertambah orang menyelidiki kebenaran dan suka membebaskan dirinya dari paksaan taqlid kepada pemimpin agama dan pendeta, bertambahlah akan nampak kemenangan orang-orang yang benar-benar mencari kebenaran dalam dunia ini. Sebab Allah itu sendiri adalah kebenaran: Al-Haq.
ثُمَّ إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ
“Maka kepada Akulah tempat kamu kembali.”
Artinya, meskipun betapa perselisihan dan pertengkaran, yang satu mengatakan dia saja yang benar dan yang lain tidak mau menerima jika semuanya akan kembali kepadaNya, untuk mempertanggungjawabkan segala keyakinan dan anutan kita pada masa hidup di dunia yang fana ini:
فَأَحْكُمُ بَيْنَكُمْ فيما كُنْتُمْ فيهِ تَخْتَلِفُونَ
“Maka akan Aku putuskan nanti antara kamu, dari hal apa-apa yang telah kamu perselisihkan padanya itu.” (ujung ayat 55).
Ujung ayat ini sangatlah dalam artinya bagi mendidik kita di dalam menempuh pergolakan hidup. Adalah satu kenyataan bahwa kita telah terdiri dari berbagai golongan. Kadang-kadang kita bertengkar dan bertukar fikiran, kadang-kadang berebut pasaran dan pengaruh. Sehingga lantaran bertengkar kadang-kadang kita lupa akan kewajiban kita yang sebenarnya, yaitu mengabdikan diri kepada Tuhan. Lupa bahwa hidup di dunia fana yang pendek ini hendaklah diisi dengan amal yang baik, jasa yang berguna, ilmu yang berfaedah. Ujung ayat memberi ingat, janganlah terlalu banyak berselisih di antara kamu.
Kalau kamu merasa bahwa agamamulah atau ajaran kamulah yang paling benar, cobalah kerjakan dan amalkan dengan baik. Kalau waktu hanya kamu habiskan dengan bertengkar, niscaya amalan akan terbengkalai dan umurmu habis percuma, sedang yang kamu banggakan dengan mulutmu tidak membekas dalam amalmu. Di muka Allah nanti, di hadapan Qadhi Yang Maha Adil, segala yang kamu perselisihkan akan diselesaikan sendiri oleh Allah.
Tanggapan Terakhir Amosart2009 :
menarik sekali rekan id amor dan semua rekan yang lain. terima kasih atas diskusi yang saya rasa sangat bermanfaat ini.
itulah Dialog Penulis dengan Theolog Kristen dan ini benar benar terjadi,bagi yang ingin melihat dialog secara utuh bisa baca disini
: http://myquran.org/forum/index.php/topic,54586.0.html
Sekali lagi apa yang kami postingkan adalah ringkasan di Thread tersebut dan lebih memprioritaskan Tulisan Amosart dan Id Amor saja,itupun yang bersisi subtansial sesuai isi Topik.
Wassalam
Id amor
sumber : http://www.facebook.com/note.php?note_id=10150097373102972
Tidak ada komentar:
Posting Komentar