Sumber :
1. http://www.facebook.com/notes/menjawab-berbagai-fitnah-faithfreedom/serba-serbi-hujatan-terhadap-nabi-muhammad-saw-part-1/142130029186636
2. http://www.facebook.com/notes/menjawab-berbagai-fitnah-faithfreedom/serba-serbi-hujatan-terhadap-nabi-muhammad-saw-part-2/142134389186200
Salah satu member page ini dengan akun Beri Aku Nama bertanya tentang berberapa hal tentang Nabi Muhamad:
1.Muhamad mati diracun perempuan yahudi. hadis al bukari 5.book 59;713.
2.MUHAMAD PEDOFILIA BERISTRI BALITA AISYAH.SAHIH MUSLIM 3327.ABU DAWUD BOOK 41:4415
3.Semua anak kandung muhamad mati jadi tumbal
4.Muhamad pendosa, qs 47:19, 48:1-2, 33;36-38
Jawaban:
1. Muhamad mati diracun perempuan yahudi.hadis sahih al bukari 5.book 59;713.
Silahkan buka note kami di link :
http://www.facebook.com/note.php?note_id=114343288631977
2. MUHAMAD PEDOFILIA BERISTRI BALITA AISYAH.SAHIH MUSLIM 3327.ABU DAWUD BOOK 41:4415
Silahkan buka note kami di link :
http://www.facebook.com/note.php?note_id=112087845524188
3. Semua anak kandung muhamad mati jadi tumbal
Apa anehnya jika anak-anak nabi meninggal, tumbal untuk siapa? tuduhan tanpa dasar.
4. Muhamad pendosa. QS. 47:19..48:1-2.........33;36-38
QS.Muhammad:19
فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مُتَقَلَّبَكُمْ وَمَثْوَاكُمْ (19)
Apabila engkau, hai Muhammad, telah yakin dan mengetahui pahala yang akan diperoleh oleh orang-orang yang beriman, serta azab yang akan diperoleh oleh orang-orang kafir di akhirat nanti, maka hendaklah berpegang teguh kepada agama Allah yang mendatangkan kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat nanti. Dan mohonkanlah kepada Allah agar Dia mengampuni dosa-dosa engkau dan dosa-dosa orang-orang yang beriman; hendaklah selalu berdoa dan berzikir kepada-Nya dan janganlah sekali-kali memberi kesempatan kepada setan untuk melaksanakan maksud buruknya kepadamu.
Sebuah hadis sahih mengatakan Rasulullah saw. selalu berdoa:
اللهم اغفرلي خطيئتي وجهلي وإسرافي في أمري وما أنت أعلم به مني، اللهم اغفرلي هزلي وجدي وخطئي وعمدي وكل ذلك عندي
Artinya
Wahai Tuhan, ampunilah kesalahan, kebodohan dan perbuatanku yang berlebih-lebihan dan dosaku yang engkau lebih mengetahuinya dari padaku, wahai Tuhanku, ampunilah dosa perkataanku yang tidak berguna dan perkataanku yang sungguh-sungguh, kesalahanku dan kesengajaanku dan semua yang ada padaku. (H.R. Bukhari Muslim)
QS.Al-Fath:1-2
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling banyak beristigfar dan bertaubat padahal beliau adalah orang yang telah diampuni dosa yang telah lalu dan akan datang. Sebagaimana hal ini terdapat pada firman Allah,
إِنَّا فَتَحْنَا لَكَ فَتْحًا مُبِينًا (1) لِيَغْفِرَ لَكَ اللَّهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ وَيُتِمَّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكَ وَيَهْدِيَكَ صِرَاطًا مُسْتَقِيمًا (2)
“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata , supaya Allah memberi ampunan kepadamu terhadap dosamu yang telah lalu dan yang akan datang serta menyempurnakan ni'mat-Nya atasmu dan memimpin kamu kepada jalan yang lurus,” (QS. Al Fath : 1-2)
Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengatakan, “Inilah kekhususan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang seorang pun tidak ada yang menyamainya. Tidak ada dalam satu hadits shohih pun yang menceritakan tentang balasan amalan kepada selain beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menyatakan bahwa dosanya yang telah lalu dan akan datang akan diampuni. Inilah yang menunjukkan kemuliaan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam segala perkara ketaatan, kebaikan dan keistiqomahan yang tidak didapati oleh manusia selain beliau, baik dari orang yang terdahulu maupun orang yang belakangan. Beliaulah manusia yang paling sempurna secara mutlak dan beliaulah pemimpin (sayid) seluruh manusia di dunia dan akhirat.”
Walaupun dosa-dosa beliau telah diampuni, namun beliau shallalahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling banyak beristigfar di setiap waktu. Para sahabat telah menghitung dalam setiap majelisnya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallamterlihat paling banyak beristigfar.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
وَاللَّهِ إِنِّى لأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ وَأَتُوبُ إِلَيْهِ فِى الْيَوْمِ أَكْثَرَ مِنْ سَبْعِينَ مَرَّةً
“Demi Allah. Sungguh aku selalu beristighfar dan bertaubat kepada Allah dalam sehari lebih dari 70 kali.” (HR. Bukhari)
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,
يَا أَيُّهَا النَّاسُ تُوبُوا إِلَى اللَّهِ فَإِنِّى أَتُوبُ فِى الْيَوْمِ إِلَيْهِ مِائَةَ مَرَّةٍ
“Wahai sekalian manusia. Taubatlah (beristigfar) kepada Allah karena aku selalu bertaubat kepada-Nya dalam sehari sebanyak 100 kali.” (HR. Muslim)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,
مَا أَصْبَحْتُ غَدَاةً قَطٌّ إِلاَّ اِسْتَغْفَرْتُ اللهَ مِائَةَ مَرَّةٍ
“Tidaklah aku berada di pagi hari (antara terbit fajar hingga terbit matahari) kecuali aku beristigfar pada Allah sebanyak 100 kali.” (HR. An Nasa’i. Dishohihkan oleh Syaikh Al Albani di Silsilah Ash Shohihah no. 1600)
Dari Ibnu Umar, beliau mengatakan bahwa jika kami menghitung dzikir Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam satu majelis, beliau mengucapkan,
رَبِّ اغْفِرْ لِى وَتُبْ عَلَىَّ إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ
‘Robbigfirliy wa tub ‘alayya, innaka antat tawwabur rohim’ [Ya Allah ampunilah aku dan terimalah taubatku, sesungguhnya Engkau Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang] sebanyak 100 kali. (HR. Abu Daud. Dikatakan shohih oleh Syaikh Al Albani dalam Silsilah Ash Shohihah no. 556)
QS.Al-Ahzab:36-38
“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata.
Dan (ingatlah), ketika kamu berkata kepada orang yang Allah telah melimpahkan nikmat kepadanya dan kamu (juga) telah memberi nikmat kepadanya: "Tahanlah terus isterimu dan bertakwalah kepada Allah", sedang kamu menyembunyikan di dalam hatimu apa yang Allah akan menyatakannya, dan kamu takut kepada manusia, sedang Allah-lah yang lebih berhak untuk kamu takuti. Maka tatkala Zaid telah mengakhiri keperluan terhadap istrinya (menceraikannya), Kami kawinkan kamu dengan dia supaya tidak ada keberatan bagi orang mukmin untuk (mengawini) isteri-isteri anak-anak angkat mereka, apabila anak-anak angkat itu telah menyelesaikan keperluannya daripada isterinya. Dan adalah ketetapan Allah itu pasti terjadi.
Tidak ada suatu keberatanpun atas Nabi tentang apa yang telah ditetapkan Allah baginya. (Allah telah menetapkan yang demikian) sebagai sunnah-Nya pada nabi-nabi yang telah berlalu dahulu. Dan adalah ketetapan Allah itu suatu ketetapan yang pasti berlaku”[QS Al Ahzab:36-38]
Tidak ada konteks ayat tersebut yang menyatakan Nabi Muhammad berdosa, kalau masalah beliau menikahi istri anak angkatnya yang sudah meninggal dianggap dosa, silahkan buka jawabannya disini:
http://www.facebook.com/note.php?note_id=118320911567548
Allah SWT menyebut sifat-sifat kaum muttaqin dalam al Quran sebagai orang yang selalu beristighfar dan bertobat:
"Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampunan terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa-dosa selain dari pada Allah? - Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui" [QS. Ali Imran: 135].
Dan firman Allah SWT:
"Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian ia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." [QS. an-Nisa: 110.].
Allah SWT memuji nabi-nabi-Nya dalam Al Qur'an dengan tindakan mereka yang melakukan istighfar itu. Mereka adalah manusia yang paling bersegera dalam melakukan istighfar dan yang paling senang melakukannya.
Dalam kisah Adam, nenek moyang manusia, beliau beristighfar ketika beliau dibujuk oleh syaitan hingga beliau dan istrinya memakan pohon yang dilarang itu. Maka beliau segera meminta istighfar dan kembali kepada-Nya:
"Keduanya berkata: "Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi." [QS. al A'raf: 23.].
Nabi Nuh a.s, pemimpin para rasul itu meminta istighfar bagi dirinya, kedua orang ketuanya, dan bagi semua orang yang berhak atasnya, juga bagi kaum mu' minin dan mu'minat:
"Ya Tuhanku! Ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke rumahku dengan beriman dan semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan. Dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim itu selain kebinasaan." [QS. Nuh: 28].
Dan Nabi Ibrahim a.s. berdo'a:
"Ya Tuhan kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapakku dan sekalian orang-orang mu'min pada hari terjadinya hisab (hari kiamat)." [QS. Ibrahim: 41].
"Ya Tuhan kami hanya kepada Engkaulah kami bertawakkal dan hanya kepada Engkaulah kami bertaubat adn hanya kepada Engkaulah kami kembali, " Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan kami (sasaran) fitnah bagi orang-orang kafir. Dan ampunilah kami Ya Tuhan kami. Sesungguhnya Engkau, Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." [QS. al Mumtahanah: 4-5.].
Nabi Musa a.s. yang secara tidak sengaja membunuh seorang manusia, sebelum beliau mendapatkan kerasulannya, segera meminta ampunan kepada Rabbnya atas kesalahannya itu.
"Musa mendo'a: "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah menganiaya diriku sendiri karena itu ampunilah aku". Maka Allah mengampuninya, sesungguhnya Allah Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." [QS. al Qashash: 16.].
Pada kesempatan lain, beliau berdoa:
"Itu hanyalah cobaan dari Engkau, Engkau sesatkan dengan cobaan itu siapa yang Engkau kehendaki dan Engkau beri petunjuk kepada siapa yang Engkau kehendaki. Engkaulah Yang memimpin kami, maka ampunilah kami dan berilah kami rahmat dan Engkaulah Pemberi ampun yang sebaik-baiknya." [QS. al A'raaf: 155].
Allah SWT berfirman dalam kisah Nabi Daud a.s:
"Dan Daud mengetahui bahwa kami mengujinya; maka ia meminta ampun kepada Tuhannya lalu menyungkur sujud dan bertaubat" [QS. Shaad: 24].
Dalam kisah Nabi Sulaiman a.s. Allah SWT berfirman:
"Ia berkata: "Ya Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh seorang juapun sesudahku." [QS. Shaad: 35].
Dan Rasulullah Saw adalah manusia yang paling banyak beristighfar kepada Rabbnya. Sahabat beliau pernah menghitung, dalam satu majlis, Rasulullah Saw lebih dari tujuh puluh kali mengucapkan: " Wahai Rabb-ku ampunilah daku dan berilah Aku taubat".
An-Nasaai meriwayatkan dari Ibnnu Umar bahwa ia mendengar Rasulullah Saw mengucapkan: "Aku memohon ampunan kepada Allah Yang tidak ada tuhan selain Dia Yang Hidup kekal dan terus menerus mengurus (makhluk-Nya). Aku memohon taubat kepadaNya" dalam satu majlis ,sebelum bangkit darinya, sebanyak seratus kali. Dalam satu riwayat: "kami menghitung Rasulullah Saw dalam satu majlis mengucapkan: 'Wahai Rabb-ku ampunilah daku dan berilah daku taubat, sesungguhnya Engkau Maha Pemberi taubat dan Maha Pengampun' sebanyak seratus kali." [Fathul Bari: 11/101, 102].
Dalam sahih Muslim dari hadits al Aghar al Muzni diriwayatkan:
"Pernah ada kelalaian untuk berdzikir dalam hatiku, dan aku beristigfar kepada Allah SWT setiap hari sebanyak seratus kali untuk kelalaian itu ".
Ulama menafsirkan "al ghain" yang berada dalam hati Rasulullah Saw itu adalah: suatu masa Rasulullah Saw tidak melakukan dzikir yang terus dilakukan beliau. Dan jika Rasulullah Saw melupakannya karena suatu hal, maka beliau menganggap itu sebagai dosa, dan beliau ber istighfar kepada Allah SWT dari kelalaian itu.
Ada yang berpendapat: itu adalah sesuatu yang terjadi dalam hati, seperti keinginan hati yang biasa terjadi dalam diri manusia.
Para nabi adalah orang yang amat berusaha keras untuk melakukan ketaatan kepada Allah SWT. Karena mereka mengetahui hak-Nya atas mereka sehingga mereka terus bersyukur kepada Allah SWT, dan mengakui bahwa mereka selalu kurang sempurna dalam menjalankan apa yang diperintahkan Allah SWT kepada mereka.
Al Ghazali dalam kitabnya Ihya Ulumuddin berkata: adalah Rasulullah Saw selalu meningkat derajat beliau. Dan setiap kali beliau menaiki suatu derajat maka beliau akan melihat derajat yang sebelumnya, dan beliau akan ber istighfar atas derajat yang lebih rendah itu. [Fathul Bari: 11/ 102, 102].
Qadhi 'Iyadh berkata: sabda beliau: "Wahai Rabb-ku ampunilah dosaku dan ampunilah atas apa yang aku telah dahulukan dan apa yang aku telah tunda dapat dinilai sebagai sebuah ungkapan dari ketawadhu'an, ketundukan, sikap merendahkan diri, dan sebagai kesyukuran kepada Rabbnya, karena beliau tahu bahwa Allah SWT telah mengampuninya. [Fathul Bari: 11/ 198].
Dalam kitab shohih, dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau berkata,
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- إِذَا صَلَّى قَامَ حَتَّى تَفَطَّرَ رِجْلاَهُ قَالَتْ عَائِشَةُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَتَصْنَعُ هَذَا وَقَدْ غُفِرَ لَكَ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ فَقَالَ « يَا عَائِشَةُ أَفَلاَ أَكُونُ عَبْدًا شَكُورًا ».
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam terbiasa shalat sehingga kakinya pecah-pecah. Kemudian aku mengatakan kepada beliau, ‘Wahai rasulullah, kenapa engkau melakukan hal ini padahal engkau telah diampuni dosa yang telah lalu dan akan datang.’ Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, “Tidakkah engkau menyukai aku menjadi hamba yang bersyukur.” (HR. Muslim no. 7304)
Al Muhasiby berkata: malaikat dan para nabi adalah orang yang lebih takut kepada Allah SWT dibandingkan orang yang lebih rendah derajatnya dari mereka. Dan takut mereka adalah sebuah takut penghormatan dan pemuliaan. Mereka beristighfar dari kekurang sempurnaan dalam menjalankan apa yang seharusnya, bukan karena dosa yang dilakukan.
Jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan selanjutnya:
1.Muhamad mengawini menantu sendiri saat masih bersuami.qs 33;37.
Silahkan buka note kami di link:
http://www.facebook.com/note.php?note_id=118320911567548
2.Muhamad manusia biasa. Qs 18:110.
Allah mengangkat Nabi dan Rasul dari orang biasa yang awam.Seperti firman Allah QS. Al kahf 18:110
"Katakanlah(Muhammad),"Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu,yang telah menerima wahyu,bahwa sesungguhnya Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa." Maka barangsiapa mengharap pertemuan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan kebajikan dan janganlah dia mempersekutukan dengan sesuatupun dalam beribadah kepada Tuhannya."(QS. 18:110)
ayat di atas juga semakna dg firman Allah QS. 23:24, 14:10-11,26:154 dan 186, 36:15, 41:6, 11:27, 21:3.
Lalu apa anehnya?! Semua nabi adalah manusia biasa yang diberi predikat kenabian, wahyu, sebagian mukjizat dan derajat yang mulia di mata Allah. Apa nabi harus berasal dari manusia super khayalan seperti Superman hehee...
3 muhamad tdk tahu hal gaib qs 6:50
4. muhamad tak punya kuasa apapun qs 17:97 ...39;19
5. muhamad bukan penyelamat qs 27:92..46;9....2:114
6. muhamad tdk bisa menolong qs 17:97
Jawaban pertanyaan no 3-6:
Ayat-ayat itu justru menunjukkan kejujuran Muhammad saw. Beliau mengatakan apa adanya tanpa menyombongkan diri dan menyadari bahwa beliau hanyalah seorang rasul, bukan Tuhan. Beliau mengakui tidak bisa mendatangkan manfaat dan tidak kuasa menolak mudharat baik untuk dirinya maupun orang lain, kecuali atas kehendak Allah Swt. semata.
Beliau menyampaikan apa adanya sesuai dengan yang diwahyukan oleh Allah swt., agar umatnya tidak tersesat. Sebab jika tidak demikian, maka dikhawatirkan umatnya akan selalu meminta dan memohon lewat beliau, atau paling tidak menjadikan beliau sebagai perantara. Inilah yang tidak dikehendaki oleh Allah. Jika memohon sesuatu hendaklah langsung kepada Allah tanpa perantara.
Kalau mau pakai pikiran yang jernih, justru itulah bukti bahwa Nabi Muhammad saw. adalah seorang manusia yang super tinggi kejujurannya. Beliau tidak mau disamakan dengan Tuhan, disembah dan dipuja-puja melampaui batas.
Di sinilah letak perbedaan antara Nabi Muhammad dalam pandangan Islam dengan Nabi Isa as. (Yesus) menurut pandangan Kristen. Menurut Kristen, Yesus bukan manusia biasa seperti Nabi Muhammad. Yesus adalah Tuhan dan Juruselamat pusat meminta dan beribadah. Padahal Yesus tidak pernah mengajarkan demikian. Ajaran Yesus adalah ajaran Tauhid, sama seperti ajaran Nabi Muhammad saw. Perhatikan sabda Yesus pada ayat-ayat berikut ini:
"Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus." (Yohanes 17:3).
Pada ayat tersebut Yesus mengajarkan Tauhid kepada umatnya, yaitu mengenal Allah Yang Esa dan dirinya sebagai seorang utusan-Nya.
Ayat di bawah ini menunjukkan bahwa hanya kepada Allah sajalah tempat menyembah dan berbakti, bukan kepada manusia dan juga bukan terhadap Yesus sendiri. Perhatikan sabda Yesus di bawah ini:
"Berkatalah Yesus kepadanya: 'Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti' …" (Matius 4:10).
Karena umat Kristen menjadikan Yesus sebagai Tuhan yang menjelma jadi manusia, maka jelas menurut mereka Yesus itu adalah Allah itu sendiri. Keyakinan ini justru menjadikan mereka tersesat, karena mereka menganggap dia itu Tuhan, maka di mana-mana mereka memohon dan meminta serta berbakti tertuju kepada Yesus. Padahal Yesus sendiri ternyata tidak bisa juga mendatangkan manfaat maupun menolak mudharat yang menimpa pada dirinya sendiri. Yesus juga tidak tahu apa yang akan terjadi di kemudian hari, karena dia hanyalah manusia biasa, bukan Tuhan.
Buktinya, ketika Yesus ditangkap oleh pasukan yang disuruh oleh tua-tuaYahudi yang bekerja sama dengan salah seorang muridnya sendiri sebagai penghianat, Yesus tidak bisa menghindar (Matius 26:47-48). Juga ketika orang-orang memperlakukan seenaknya, Yesus tidak bisa menghindar. Perhatikan ayat berikut ini:
"Lalu mereka meludahi mukanya dan meninjunya, orang-orang lain memukul dia" (Matius 26:67).
Bahkan lebih parah lagi -menurut cerita Bibel- ketika Yesus disalibkan, dia benar-benar tidak berdaya, tidak bisa menyelamatkan dirinya sendiri, sehingga dia berteriak histeris minta pertolongan kepada Allah. Perhatikan ayat di bawah ini:
"Kira-kira jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: "Eli, Eli, lama sabakhtani ?"Artinya: Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku?" (Matius 27:46).
Sampai soal musim saja Yesus tidak tahu, perhatikan ayat di bawah ini:
"Keesokan harinya sesudah Yesus dan kedua belas muridnya meninggalkan Betania, Yesus merasa lapar. Dan dari jauh Ia melihat pohon ara yang sudah berdaun. Ia mendekatinya untuk melihat kalau-kalau Ia mendapat apa-apa pada pohon itu. Tetapi waktu Ia tiba di situ, Ia tidak mendapat apa-apa selain daun-daun saja, sebab memang bukan musim buah ara. Maka katanya kepada pohon itu: "Jangan lagi seorang pun makan buahmu selama-lamanya!" (Markus 11:12-14).
Hal-hal yang ghaib pun Yesus tidak tahu, buktinya Yesus tidak tahu kapan hari kiamat. Perhatikan ayat di bawah ini:
"Tetapi tentang hari atau saat itu (kiamat, ed.) tidak seorang pun yang tahu, malaikat-malaikat di sorga tidak, dan Anakpun tidak, hanya Bapa saja" (Markus 13:32).
Itulah beberapa kelemahan Yesus sebagai bukti bahwa dia manusia biasa dan sama sekali bukan Tuhan. Maka pantas sekali jika dia tidak bisa mendatangkan manfaat maupun menolak mudharat yang menimpa dirinya maupun orang lain. Yesus juga tidak tahu hal yang ghaib, sebab dia bukan Tuhan.
Jadi bukan hanya Nabi Muhammad saja yang tidak bisa mendatangkan manfaat maupun menolak mudharat, tapi demikian juga dengan Nabi Isa as. serta nabi-nabi lainnya, kecuali atas izin Allah atau hanya Allah Swt.
7. Muhamad tidak punya mujizat QS. 29:50
Silahkan buka note kami di link:
http://www.facebook.com/note.php?note_id=121210601278579
8. Muhamad harus bertanya pada ahli kitab jika ga tahu qs 10;94
Pada usia 40 tahun, yang disebut oleh Al-Quran surat Al-Ahqaf
ayat 15 sebagai usia kesempurnaan, Muhammad Saw. diangkat
menjadi Nabi. Ditandai dengan turunnya wahyu pertama Iqra'
bismi Rabbik.
Sebelumnya beliau tidak pernah menduga akan mendapat tugas dan
kedudukan yang demikian terhormat. Karena itu ditemukan
ayat-ayat Al-Quran yang menguraikan sikap beliau terhadap
wahyu dan memberi kesan bahwa pada mulanya beliau sendiri
"ragu" dan gelisah mengenai hal yang dialaminya. QS Yunus
(10): 94 mengisyaratkan bahwa,
"Kalau engkau ragu terhadap apa yang Kami turunkan kepadamu,
maka tanyakanlah kepada orang-orang yang membaca Kitab Suci
sebelum kamu (QS Yunus [10]: 94).
Penjelasan QS:Yunus:94
Allah swt. menerangkan sikap pendeta-pendeta Yahudi dan Nasrani terhadap Kitab-kitab Allah yang telah diturunkan kepada Rasul-rasul yang diutus kepada mereka dengan mengatakan: "Jika engkau hai Muhammad ragu-ragu tentang Rasul-rasul dahulu dan kitab-kitab yang diturunkan kepada mereka, maka tanyakanlah kepada pendeta-pendeta Yahudi dan Nasrani yang telah mengetahui dan membaca kitab-kitab yang telah Kami turunkan itu, sebelum Aku menurunkan Alquran kepada engkau."
Menurut rasa Bahasa Arab, ungkapan dalam ayat ini bukanlah untuk menerangkan keragu-raguan Muhammad, tetapi menyatakan bahwa Muhammad benar-benar telah yakin dan percaya kepada para Rasul yang diutus Allah dan kitab-kitab yang diturunkan kepada mereka. Hanya orang-orang Yahudi dan Nasranilah yang ragu-ragu. Keragu-raguan mereka itu sengaja mereka buat-buat untuk menutupi apa yang sebenarnya ada dalam hati mereka, yaitu meyakini kebenaran risalah dan kenabian Muhammad.
Karena itu maksud ayat ini ialah Allah swt. menyatakan kepada Muhammad bahwa engkau hai Muhammad telah yakin dan percaya bahwa yang diturunkan kepadamu itu adalah sesuatu yang hak dan suatu kebenaran yang wajib dipercayai. Yang ragu-ragu itu hanyalah orang-orang Yahudi dan Nasrani. Keragu-raguan mereka itu dinyatakan semata-mata untuk menutupi perbuatan mereka yang telah merubah-rubah dan menukar isi Taurat dan Injil. Mereka telah membaca Taurat dan Injil yang menerangkan pokok-pokok agama yang diridai Allah, para Rasul yang telah diutus Allah dan yang akan diutus-Nya nanti.
Tetapi hawa nafsu merekalah yang menyuruh mereka untuk melakukan perbuatan yang terlarang itu, sehingga mereka menyesatkan pengikut-pengikut mereka. Karena itu, sebenarnya pendeta-pendeta Yahudi dan Nasrani itu tahu benar mana yang benar dan mana yang salah. Jika ditanyakan kepada mereka sesuatu yang hak, mereka pasti dapat menjawabnya dengan betul tetapi mereka tidak mau melakukannya.
Ayat ini merupakan sindiran kepada pendeta-pendeta Yahudi dan Nasrani dan mengungkapkan perbuatan-perbuatan dosa yang telah mereka kerjakan.
Ungkapan yang seperti ini terdapat pula pada firman Allah yang lain sebagaimana ayat berikut:
Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman: "Hai Isa putra Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia "Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan selain Allah?"(QS:Al-Ma'idah: 116)
Bila ayat ini dibaca sepintas lalu akan terpaham seakan-akan Allah swt. ragu-ragu tentang keimanan Isa a.s., seakan-akan Isalah yang memerintahkan kaumnya agar mengakui adanya tuhan bapak, tuhan anak dan tuhan ibu. Tetapi maksud ayat ini ialah untuk menerangkan bahwa Isa a.s. tidak pernah ragu-ragu tentang keesaan Tuhan. Yang mendakwahkan bahwa Tuhan itu tiga hanyalah orang-orang Nasrani saja yang telah merubah-rubah dan menukar isi Injil seperti menukar prinsip keesaan Allah yang ada di dalamnya dengan prinsip syirik.
Pada akhir ayat ini Allah swt. menerangkan sikap Rasulullah, orang-orang Yahudi dan Nasrani. Rasulullah saw. beriman kepada Allah dan kepada Alquran yang diturunkan kepadanya serta meyakini akan keesaan-Nya, sedang orang Yahudi dan Nasrani telah merubah dan menukar isi Taurat dan Injil serta memperserikatkan-Nya. Kemudian Allah swt. memperingatkan kaum Muslimin jangan sekali-kali melakukan perbuatan seperti yang dilakukan oleh orang-orang Nasrani dan Yahudi itu.
Perhatikan juga kelanjutan penjelasan di QS:Yunus:95
Allah swt. menegaskan lagi agar Muhammad dan kaum Muslimin jangan termasuk golongan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Allah, seperti yang telah dilakukan oleh orang-orang Yahudi dan Nasrani itu, karena perbuatan itu akan menimbulkan kerugian besar orang yang melakukannya di dunia dan di akhirat.
9. Muhamad dilarang berbantah dgn ahli kitab QS.29:46
46 Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli Kitab, melainkan dengan cara yang paling baik, kecuali dengan orang-orang zalim di antara mereka, dan katakanlah:` Kami telah beriman kepada (kitab-kitab) yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepadamu; Tuhan kami dan Tuhanmu adalah satu; dan kami hanya kepada-Nya berserah diri `.(QS. 29:46)
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al 'Ankabuut 46
وَلَا تُجَادِلُوا أَهْلَ الْكِتَابِ إِلَّا بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِلَّا الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْهُمْ وَقُولُوا آمَنَّا بِالَّذِي أُنْزِلَ إِلَيْنَا وَأُنْزِلَ إِلَيْكُمْ وَإِلَهُنَا وَإِلَهُكُمْ وَاحِدٌ وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ (46)
Sesungguhnya ajaran tentang keesaan Allah yang merupakan azas risalah yang dibawa para Nabi dan Rasul sejak dahulu kala sampai kepada risalah Nabi dan Rasul terakhir, yaitu Nabi Muhammad saw berasal dari sumber yang satu, yaitu dari Allah Maha Pencipta, dan tujuannya adalah satu pula, yaitu memberi petunjuk kepada manusia dan mengembalikan mereka dari jalan yang sesat ke jalan yang lurus, serta untuk mendidik mereka agar selalu mengikuti ajaran-ajaran Allah, sehingga mereka berbahagia hidup di dunia dan di akhirat nanti. Allah SWT juga menetapkan bahwa setiap orang yang telah mengikuti risalah Nabi dan Rasul yang diutus kepada mereka, masing-masing mereka adalah manusia yang lebih mulia dari yang lain, karena mereka adalah merupakan umat yang satu sama-sama menyembah Tuhan yang satu Tuhan Yang Maha Kuasa lagi Maha Pencipta.
Berdasarkan hal yang tersebut di atas maka manusia pada setiap kurun, masa dan generasi dapat dibagi kepada dua golongan, yaitu:
1. Golongan mukmin yang merupakan pendukung agama Allah.
2. Golongan kafir yang merupakan penentang agama Allah dan termasuk pengikut setan.
Setiap manusia yang mengikuti seruan Rasul yang diutus kepada mereka, adalah orang-orang mukmin dan termasuk hizbullah. Mereka sejak dahulu sampai saat ini, masing-masing kelompok mereka merupakan mata-mata rantai yang sambung menyambung, sehingga merupakan suatu rantai yang amat panjang, tidak ada putus-putusnya. Antara mata rantai yang satu dengan mata rantai yang lain dijalin dan diikat oleh ikatan kepercayaan yang kokoh, yaitu kepercayaan akan keesaan Allah, yang akhirnya dilanjutkan dan disempurnakan Allah SWT dengan diutus-Nya Nabi Muhammad saw, sebagai Nabi dan Rasul yang terakhir, sebagaimana firman Allah SWT:
اليوم أكملت لكم دينكم وأتممت عليكم نعمتي ورضيت لكم الإسلام دينا
Artinya:
Pada hari ini telah Ku sempurnakan untuk kamu agamamu. dan telah Ku cukupkan kepadamu nikmat Ku, dan telah Kuridai Islam itu jadi agama bagimu. (Q.S. Al Maidah: 3)
ما كان محمد أبا أحد من رجالكم ولكن رسول الله وخاتم النبيين
Artinya:
Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu; tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup Nabi-nabi. (Q.S. Al Ahzab: 40)
Risalah yang berazaskan keesaan Allah yang telah dibawa dan disampaikan para Nabi dan Rasul sejak berabad-abad yang lalu kemudian dilanjutkan oleh Nabi Muhammad saw, sebagaimana yang ditegaskan oleh ayat ini, mempunyai suatu nilai yang sangat tinggi yang meningkatkan hubungan antara manusia, sejak manusia pertama kali diciptakan sampai kepada suatu saat manusia dan alam semesta ini mengalami kehancuran yang total. Dengan azas ini manusia tidak hanya terikat oleh hubungan keturunan, hubungan suku bangsa hubungan senegara dan setanah air, hubungan perdagangan, hubungan se-ideologi dan sebagainya, yang kadang-kadang terlalu bersifat subyektif, mementingkan diri atau kelompok, tetapi terikat dengan hubungan yang maha tinggi dan agung, yaitu hubungan dengan Allah. Hubungan dalam bentuk ini adalah hubungan antara Khalik dan makhluk dan hubungan antara sesama makhluk yang selalu menghambakan diri kepada Khaliknya, karena merasa diri tergantung kepada Nya. Hubungan yang seperti ini adalah hubungan yang tidak lagi terikat kepada keadaan masa dan tempat serta merupakan hubungan yang sangat erat kekal dan abadi, sejak dari dunia fana ini sampai ke akhirat nanti. Hubungan yang demikian berada di atas segala macam hubungan yang ada bahkan berada jauh di atas hubungan kemanusiaan. Karena hubungan kemanusiaan hanyalah hubungan antara sesama makhluk saja.
Berdasarkan kepada azas inilah, maka Allah SWT menunjukkan kepada Rasulullah saw dan kaum Muslimin materi dakwah yang akan disampaikan kepada Ahli Kitab. Dengan materi ini akan dirasakan hikmah kedatangan. Muhammad sebagai Nabi dan Rasul terakhir beserta risalah yang dibawanya. Nikmat itu ialah berupa keterangan dan pengungkapan hubungan antara risalah dengan risalah-risalah yang telah disampaikan para Rasul Allah yang telah diutus Nya sejak zaman dahulu. Dengan petunjuk yang demikian itu, hendaklah kaum Muslimin merasa berbahagia dan hendaklah mereka melaksanakan dakwah sesuai dengan ajaran-ajaran yang telah disampaikan Allah itu. Dalam pada itu hendaklah kaum Muslimin mengkaji, mendalami dan mengembangkan petunjuk Allah itu, sehingga mudah diterima dan dipahami oleh orang-orang yang akan menerimanya.
Allah SWT memberi petunjuk kepada Nabi Muhammad saw dan kaum Muslimin tentang materi dakwah dan cara menghadapi Ahli Kitab itu adalah karena orang-orang Ahli Kitab tidak menerima seruan Nabi Muhammad yang disampaikan kepada mereka. Ketika Rasulullah saw menyampaikan kepada mereka kalam Ilahi, kebanyakan dari mereka mendustakannya; hanya sedikit sekali di antara mereka yang menerimanya. Padahal mereka telah mengetahui Muhammad dan ajaran yang dibawanya, sebagaimana mereka mengetahui dan mengenal anak-anak mereka sendiri.
Allah SWT berfirman:
الذين آتيناهم الكتاب يعرفونه كما يعرفون أبناءهم وإن فريقا منهم ليكتمون الحق وهم يعلمون
Artinya:
Orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang telah Kami beri Al Kitab (Taurat dan Injil), mengenal Muhammad seperti mereka mengenal anak-anak mereka sendiri. Dan sesungguhnya sebagian di antara mereka menyembunyikan kebenaran, pada hal mereka mengetahui. (Q.S. Al Baqarah: 146)
Pada ayat yang lain Allah SWT menerangkan dan menjelaskan cara berdakwah yang baik itu, sebagaimana diterangkan dalam firman Allah SWT:
ادع إلى سبيل ربك بالحكمة والموعظة الحسنة وجادلهم بالتي هي احسن إن ربك هو أعلم بمن ضل عن سبيله وهو أعلم بالمهتدين
Artinya:
Serulah (semua manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhan mu Dialah yang mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan Nya, dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (Q.S. An Nahl : 125)
Menyeru manusia ke jalan Tuhan dengan hikmah dan kebijaksanaan dan mendebat mereka dengan yang baik, hanyalah dilakukan kepada orang-orang yang tidak melakukan kezaliman. Adapun orang-orang yang melakukan kezaliman, yaitu orang-orang yang hatinya telah terkunci mati tidak mau menerima kebenaran lagi dan ia berusaha untuk melenyapkan Islam dan kaum Muslimin, maka orang-orang yang semacam ini tidak dapatlah kaum Muslimin melapangkan dada kepada mereka.
Sebagian orang-orang Ahli Kitab yang zalim itu ialah mereka yang di dalam hatinya ada penyakit, berupa iri hati, rasa benci dan dengki kepada kaum Muslimin, karena Rasul dan Nabi terakhir tidak diangkat dari kalangan mereka. Mereka memerangi kaum Muslimin dengan mengadakan tipu daya dan fitnah, menimbulkan api peperangan dan perselisihan secara terang-terangan dan tersembunyi dengan Rasulullah dan kaum Muslimin. Mereka selalu berusaha merintangi dakwah yang dilakukan Rasulullah dan para sahabatnya, seperti mengadakan perjanjian persekutuan dengan orang-orang kafir yang lain untuk memerangi kaum Muslimin. Amatlah banyak contoh-contoh yang terjadi dalam sejarah yang berhubungan dengan usaha orang-orang kafir itu. Karena usaha-usaha mereka itulah, maka mereka dinamai orang-orang yang zalim, berusaha merugikan kaum Muslimin dan di akhirat nanti mereka menjadi orang-orang yang merugi dengan menerima azab yang setimpal dengan perbuatan mereka itu.
Selanjutnya Nabi Muhammad saw dan kaum Muslimin diperingatkan Allah, bahwa jika orang-orang Ahli Kitab mengajak kaum Muslimin memperbincangkan kitab suci mereka, dan memberitahukan kepadanya apa yang patut dibenarkan dan apa yang patut ditolak, sedang kamu sekalian mengetahui keadaan mereka itu, maka katakanlah kepada mereka, "Kami percaya kepada Alquran yang telah diturunkan kepada kami dan kami juga percaya kepada Taurat dan Injil yang telah diturunkan kepadamu Yang kami sembah dan yang kamu sembah, sebenarnya adalah sama, yaitu Tuhan Yang Maha Esa, karena itu marilah kita bersama-sama tunduk dan patuh kepada Nya dan marilah kita sama-sama melaksanakan perintah-perintah Allah dan menghentikan larangan-larangan Nya.
Sehubungan dengan maksud ayat ini, Abu Hurairah berkata, "Para ahli Kitab itu membaca Taurat dengan bahasa Ibrani dan menafsirkan dengan bahasa Arab untuk orang-orang Islam. Lalu Nabi saw bersabda:
لا تصدقوا أهل الكتاب ولا تكذبوهم وقولوا آمنا بالذي أنزل إلينا وأنزل إليكم وإلهنا وإلههم واحد ونحن له مسلمون
Artinya:
Janganlah kamu membenarkan Ahli Kitab dan jangan pula kamu mendustakan mereka Katakanlah kepada mereka, "Kami beriman dengan apa yang telah diturunkan kepada kami dan yang telah diturunkan kepadamu. Tuhan kami dan Tuhan kamu adalah satu dan kami berserah diri hanya kepada Nya saja (H.R. Bukhari dan Nasai dari Abu Hurairah)
Dalam hadis yang lain Nabi saw bersabda:
لا تسألوا أهل الكتاب عن شيء فإنهم لن يهدوكم وقد ضلوا إما أن تكذبوا بحق وإما أن تصدقوا بباطل.
Artinya:
Janganlah kamu bertanya kepada Ahli Kitab tentang sesuatu. maka sesungguhnya mereka sekali-kali tidak akan menunjuki kamu dan sungguh mereka telah sesat. Adakalanya mereka mendustakan kebenaran dan adakalanya mereka membenarkan yang batil. (H.R. Ibnu Jarir dari Ibnu Mas'ud)
Demikianlah keadaan kaum Yahudi dan Nasrani pada umumnya yang di dalam Alquran mereka disebut Ahli Kitab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar