Minggu, 12 Juni 2011

KESOPANAN SESEORANG KEPADA JIRANNYA ( Tetangga, atau yang bersebelahan dengan kita )

by Parikesit Java , May 22, 2011


Bismillahir rohmaanir rohiim.

Tidak ada satu pun aturan manusia atau agama yang mementingkan hak tetangga, sebagaimana yang telah diatur oleh Islam.

Sabda Junjungan kita :

Tidak putus-putus Jibriel menyuruh aku berbuat baik kepada tetangga hingga aku sangka, bahwa tetangga itu hendak dijadikan waris.

(H.R. Bukhari dan lainnya ).

Sabda Rasul s.a.w. :

Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari kemudian, hendaklah ia memuliakan tetangganya.

(H.R. Bukhari ).

Memang sepatutnya begitu, karena selain daripada orang-orang yang serumah dengan kita, tidak siapa-siapa orang yang bisa lekas kita mintai tolong apabila kita susah payah atau sakit pening kita melainkan tetangga kita itu.

Oleh karena itu patutlah kita berlaku baik satu sama lain. Karena orang yang begitu dekat apabila tidak berlaku baik satu sama lain, niscaya rusaklah pergaulan dan ketentraman di dalam satu komunitas, yang sesungguhnya satu “rumah”, dan orang yang rusakkan pergaulan satu sama lain itu durhaka pada pandangan agama.

Sabda Nabi s.a.w. :

Dua macam orang yang tidak akan dikasihani di hari kiamat. Orang yang memutuskan perhubungan keluarga, dan tetangga yang jahat.

( H.R. Ad- Dailami ).

Sabda Rasulullah s.a.w. :

Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari kemudian, janganlah ia menyusahkan tetangganya.

(H.R. Bukhari ).

Dan kita semua sudah maklum, bahwa keamanan tiap- tiap rumah itu bertalian dengan perhubungan orang sebelah-menyebelah (tetangga), maka

bersabda Penghulu kita, s.a.w.:

(Periksalah) tetangga sebelum (periksa) rumah. Dan carilah teman sebelum berjalan (jauh).

(H.R. Thabarani ).

Hak dan kewajiban kita kepada tetangga.

Oleh karena satu kampung itu serupa satu rumah yang besar, tentulah penduduknya dipandang sebagai penduduk satu rumah. Penduduk di dalam satu rumah itu tentulah tak patut kalau yang satu lapar, sementara yang satu kekenyangan.

Sabda Nabiullah s.a.w. :

Tidak dinamakan beriman kepadaku orang yang habiskan harinya dengan kenyang, sedang tetangga didalam kelaparan, padahal dia tahu.

(H.R. Bazzar ).

Sabda Rasulullah s.a.w. :

Hak tetangga (yaitu), kalau ia meminjam, engkau pinjamkan. Kalau ia minta tolong, engkau tolong dia. Kalau ia sakit, engkau melawat dia. Kalau ia ada keperluan, engkau beri kepadanya. Kalau ia jadi miskin, engkau jadi pembantunya. Kalau ia dapat kesenangan, engkau girangkan dia. Kalau ia dapat susah, engkau hibur dia. Kalau ia mati, engkau turut jenazahnya. Jangan engkau bikin rumah lebih tinggi daripada rumahnya, karena dengan itu engkau halangi dia dapat angin, melainkan dengan izinnya. Jangan engkau susahkan dia dengan bau masakanmu, melainkan (jika) engkau beri kepadanya dari masakan itu. Jika engkau beli buah- buahan engkau hadiahkan kepadanya. Dan kalau tidak engkau beri, hendaklah engkau bawa masuk kerumahmu dengan tersembunyi dan jangan engkau beri anakmu bawa keluar buah-buahan itu, karena nanti anaknya ingin buah- buahan itu.

(H.R. Abu Syakh ).

Dan jangan sekali- kali merasa malu memberi hadiah kepada tetangganya, walaupun sedikit. Begitu juga bagi tetangga yang menerima hadiah, jangan menghina lantaran terlalu sedikitnya.

Sabda Nabi kita :

Hai perempuan- perempuan Islam !! Janganlah seorang tetangga merasa malu memberi hadiah kepada tetangganya, walaupun satu kaki kambing.

(H.R. Bukhari ).

Kalau kita tidak mampu memberi hadiah, lantaran yang kita punya sedikit, hendaklah yang kita dahulukan untuk kita beri adalah tetangga yang rumahnya lebih hampir kepada kita (lebih dekat).

Karena ada diriwayatkan :

Siti Aisyah bertanya : Ya Rasulullah ! Saya ada mempunyai tetangga, maka kepada satu yang manakah saja ( patut aku dahulukan ) memberi hadiah ? Jawab Rasul : “ Kepada yang hampir pintunya kepadamu”.

(H.R. Bukhari ).

PANDANGAN DAN PESAN :

Dari ajaran Islam, yang diajarkan oleh Rasulullah s.a.w. kita dapati pergaulan yang begitu bagus, begitu mulia, begitu luhur, yang sering kita lupakan dan kita tinggalkan.

Apalagi dimasa saat ini, yang tiap- tiap orang sudah merasa sulit memikirkan kebutuhan hidup. Dan seakan- akan tidak ada bekas- bekas kenikmatan Allah yang telah begitu banyak yang dia terima.

Banyak juga yang masih kelihatan kaya raya, tapi kekayaannya tak berfaedah pada orang lain, apalagi bagi Agamanya. Malah dia jadikan kekayaan nya itu buat bikin dirinya tampak megah dihadapan manusia yang lain, seakan- akan ingin menunjukkan bahwa dia sudah bisa lebih dibandingkan manusia yang lain.

Kita lihat seorang tetangga kaya raya, bangun rumah tinggi-tinggi tapi tidak sadar, bagunan rumahnya itu tutupi rumah tetangganya yang miskin, yang kecil, sehingga tetangganya yang miskin itu tak pernah dapat lihat sinar matahari pagi.

Kita lihat seorang tetangga yang kaya raya itu, yang punya mobil- mobil bagus, saat parkir mobilnya, dia tak hormati hak jalan bagi tetangganya yang lain. Dia halangkan jalan masuk tetangganya lantaran tertutupi rumah dan pintunya, gara- gara mobil yang dia parkir.

Mungkin kita pernah belikan mainan yang mewah- mewah bagi anak- anak kita, padahal kita tahu, tetangga kita yang kiri dan kanan, jangankan untuk membelikan mainan anak- anaknya, bahkan untuk makan saja mereka sudah sangat berat. Kita sudah maklum dan tahu, tabiat dari anak-anak kita yang membanggakan mainan pemberian orang tuannya. Anak- anak kita pasti banggakan mainan itu dihadapan teman- temannya, yang orang tuanya tak mampu belikan mainan itu, bahkan kita ajari anak- anak kita itu untuk tak berbagi dengan temannya, lantaran takut mainannya jadi rusak.

Mungkin kita punya tetangga yang tak pernah kita tenggok keadaannya…, entah mereka sudah makan atau belum…, entah mereka masih merintih perutnya menahan perih, lantaran tak ada yang dapat dimakan, dan tak punya uang buat beli makanan.

Mungkin kita pernah juga menenggoknya, tetapi kita tenggok mereka yang kita kenal, lantaran mereka sahabat dan teman kita saja, bukan lantaran kita jalankan perintah Agama, bukan lantaran kita ikuti seruan Nabi s.a.w.

Mungkin kita juga pernah dengar sebuah berita, di televisi dulu di Sulawesi, ada keluarga miskin, mempunyai anak banyak, yang tidak dapat cukup kasih makan anak-anaknya, mereka makan nasi putih dicampur dengan air sebagai kuahnya. Akhirnya si Ibu meninggal lantaran kelaparan, karena malu hutang tetangga, karena malu minta tetangga.

WAHAI HAMBA ALLAH…, YANG KEPADAMU ALLAH TITIPKAN HARTA- HARTA YANG BANYAK….!!

APAKAH ENGKAU MAU, HARTAMU ITU DIJADIKAN BARA API BUAT MENYUMPAL MULUTMU DI NERAKA KELAK….??

Firman Allah ta’ala :

Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil, dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.

(yaitu) orang-orang yang kikir, dan menyuruh orang lain berbuat kikir, dan menyembunyikan karunia Allah yang telah diberikan-Nya kepada mereka. Dan Kami telah menyediakan untuk orang-orang kafir siksa yang menghinakan.

( Q.S. An- Nisa ayat 36- 37 ).

Keselamatan bagi hamba Allah yang mau mengikuti petunjuk Agama- Nya.


Sumber : http://www.facebook.com/notes/parikesit-java/kesopanan-seseorang-kepada-jirannya-tetangga-atau-yang-bersebelahan-dengan-kita-/226480427368716

Tidak ada komentar:

Posting Komentar